PERPISAHAN tidak bisa dielakkan dan harus terjadi. Mengapa kemenangan yang sudah diraih harus berakhir dengan perpisahan yang begitu cepat. Justru hidup Marlina dan Hamzah akan
Tag: Regardo Sipiroko
Kabut Tanah Tembakau (125)
JASA Marlina dalam menumbangkan pemerintahan lalim Ruwondo cukup besar. Kemampuannya dalam bersandiwara cukup meyakinkan. Marlina mampu berlakon dengan baik, seakan-akan bersedia menjadi permaisuri Ruwondo. Itulah
Kabut Tanah Tembakau (124)
KEKUASAN Ruwondo berhasil ditumbangkan oleh perjuangan Rakat, Handoyo dan Pangeran Saloka serta pasukan elite dan laskar rayat dibantu oleh Hamzah. Kemenangan ini menjadi kemenangan seluruh
Kabut Tanah Tembakau (123)
RAKAT mengejar Ruwondo yang mencoba kabur. Muncul empat pasukan istana yang menghadang Rakat membuatnya tidak bisa mengejar Ruwondo. Tak berapa lama tiba Handoyo datang membantu
Kabut Tanah Tembakau (122)
MENDEGAR Marlina minta tolong, Hamzah langsung menerobos puluhan pengawal istana yang bertubuh kekear. Hamzah menyerang dengan tangan kosong. Dua pengawal menyerangnya. Hamzah melumpuhkan musuh di
Kabut Tanah Tembakau (121)
SUSANA yang tadinya riang gembira kini berubah menjadi kepanikan. Masyarakat yang menonton di menjadi kocar-kacir. Ada yang bersembunyi di balik tembok istana. Sembunyi di balik
Kabut Tanah Tembakau (120)
MALAM tanpa bulan bintang, angin tak ada yang berhembus, tidak juga panas dan tidak juga dingin. Namun suasana di alun-alun istana begitu bergairah ingin melihat
Kabut Tanah Tembakau (119)
RUWONDO dengan bangganya naik ke atas mimbar dengan menggandeng Marlina yang menduduk sejak tadi. Masyarakat yang tadi besorak-sorai kini terdiam. Hening. Bahkan jarum jatuh pun
Kabut Tanah Tembakau (118)
DI ATAS panggung sedang menampilkan pemusik dan penari ternama. Para seniman musik menampilkan nyanyian dengan musik tentang asmara. Masyarakat yang berjubel hadir begitu atusias menyaksiakan
Kabut Tanah Tembakau (117)
MASYARAKAT sudah berkumpul di alun-alun. Mereka datang berbondong-bondong untuk menyaksikan malam pesta penyambutan calon permaisuri Ruwondo. Mereka berdatangan dari berbagi penjuru wilayah dan desa. Banyak
Kabut Tanah Tembakau (116)
MENJELANG malam rombongan dari istana datang untuk menghias Marlina. Rumah Harum Cempaka sudah dikawal ketat. Hanya seisi rumah dan tukang kebun yang boleh tetap tinggal
Kabut Tanah Tembakau (115)
RINDU Handoyo sudah tidak tertahankan untuk segera bertemu dengan istri Harum Cempaka dan kedua putrinya serta buyutnya Marlina. Jika tidak komit dengan perjuangan, tentu sejak
Kabut Tanah Tembakau (114)
HAZMAH menarik tangan Marlina ke ruangan belakang yang berhadapan dengan taman. Harum Cempaka dan Jelita membiarkan keduanya. Bunga hatinya sedang berbunga-bunga setelah menyampaikan perasaannya kepada
Kabut Tanah Tembakau (113)
RAKAT tidak bisa menyampaikan rencana yang akan dilakukan nanti terlalau lama karena mata-mata Ruwondo berkeliaran. Ia juga takut ketika datang tadi dibuntuti mata-mata Ruwondo. Semua
Kabut Tanah Tembakau (112)
RAKAT membentangkan denah istana dimana tempat pesta yang akan digelar secara besar-besaran. Semua memperhatikan denah. Rakat memaparkan siasat untuk melakukan gerakan di malam pesta perayaan
Kabut Tanah Tembakau (111)
HARUM Cempaka meminta pelayan segera mencari pakain pengganti buat Hamzah. Jika tidak diganti mata-mata Ruwondo yang lalu-lalang akan cepat menandai Hamzah sebagai orang asing. Kalau
Kabut Tanah Tembakau (110)
DENGAN mengendap-ngendap Hamzah dan Jelita menelusuti pembukitan. Kedatangan Hamzah tidak boleh diketahui siapapun. Jika Ruwondo tahu kedatangan Hamzah maka nyawanya terancam. Ruwondo tidak ingin ada
Kabut Tanah Tembakau (109)
SEDETIK yang lalu Hazmah berada di alam nyata, kini ia sudah berada di alam bunian. Saat berbalik ke belakang, bangunan bekas bangsal tembakau di Seantis
Kabut Tanah Tembakau (108)
HAMZAH segera ke Saentis. Dalam perjalanan pikirannya masih tergaing-gaing dengan ucapan bapak tua bersorban yang ditemuinya di Masjid Raya Al-Mashun Medan. “Dia bisa kau temukan
Kabut Tanah Tembakau (107)
HILANGNYA Handoyo dari penjara membuat gempar seisi istana. Kepala penjara menggigil ketakutan atas kelalaiannyua. Hukumannya yang lalai dalam menjalankan tugas adalah hukuman pancung di alun-alun
Kabut Tanah Tembakau (106)
SAAT di Masjid batin Hamzah tenang. Dapat berpikir jerinih sambil melihat ke atas langit-langit Masjid Raya Al-Mashun Medan yang dibangun saat masa pemerintahan Sultan Ma’moen
Kabut Tanah Tembakau (105)
ISTANA Maimun dan Masjid Raya Al Mashun, keduanya tidak dapat dipisahkan, sebab Masjid Raya Al Masun tadinya berada dalam komplek yang sama dengan Istana Maimun.
Kabut Tanah Tembakau (104)
HANDOYO nampak duduk bersila. Matanya terpejam. Hanya pikikirannya yang melayang. Lama-lama ia mendegar langkah yang kian mendekat. Bukan langkah kaki opsir yang kaku. Dua pasang
Kabut Tanah Tembakau (103)
DARI lembah terlihat pasukan Ruwondo konvoi dengan menunggang kuda di atas lereng bukit. Hentakan ratusan tapal kuda begitu keras. Menggetarkan lembah. Meski agak mirip dengan
Kabut Tanah Tembakau (102)
PERJALANAN rahasia di hutan bunian membuat Rakat dan Marlina kian dekat. Tak jarang keduanya terlibat diskusi dalam mengatur taktik strategi untuk bisa menembus hutan belantara
Kabut Tanah Tembakau (101)
HUTAN bentara di negeri bunian begitu lebat dan dingin. Sejauh mata memandang yang terlihat hutan dengan pohon yang besar dan rimbun. Bintang melata yang melintas
Kabut Tanah Tembakau (100)
HAMZAH tidak ingin terlalu lama terombang-ambing dan hanyut dibakar api asamara yang membara. Dirinya sudah begitu jauh hanyut dalam jeratan bayang-bayang Marlina. Terbelenggu dan sulit
Kabut Tanah Tembakau (99)
HAMZAH seperti layang-layang putus sejak kehilangan Marlina. Terombang ambang-ambing di bawa angin entah kemana. Ucapan Rabiah masih terngaing di telingga Hamzah. Kalimat yang polos dan
Kabut Tanah Tembakau (98)
SEJAK Marlina menghilang perasaan Hamzah tidak tenang. Hatinya gundah gulana. Belum pernah Hamzah merasakan begitu kehilangan seperti sekarang ini. rasan kehilangann persis ketika kedua orang
Kabut Tanah Tembakau (97)
KAPAN waktunya untuk membebaskan Marlina masih belum bisa diputuskan. Dalam mengambil keputusan harus tepat. Kalau tidak matang, maka kegagalan akan memanti. Kalau itu terjadi maka
Kabut Tanah Tembakau (96)
MALAM itu, ketika Sarni dan bayinya serta Tugimin tertidur pulas di gubunk di tepi hutan pasukan Ruwondo datang untuk membawa Sarni ke alam bunian. Karena
Kabut Tanah Tembakau (95)
PERLAHAN Handoyo membuka matanya. Rakat terus memperhatikan Handoyo dengan penuh kecemasan. Dengan pelan Handoyo memutar badannya. Setelah jelas melihat wajah Handoyo, barulah Ralat menarik nafas
Kabut Tanah Tembakau (94)
PENJARA yang terdapat di dalam gua ini digunakan untuk tahanan politik dan penjahat kelas kakap. Gelap dan memiliki banyak lorong. Jarak ruang sel tahanan begitu
Kabut Tanah Tembakau (93)
MALAM berkabut di negeri orang bunian. Puncak tebing yang rimbun miliki keindahan yang tiada tanding. Bukit yang curam tersebut yang memiliki kemiringan 90 derajat. Dihiasi
Kabut Tanah Tembakau (92)
MATA Hamzah menatap tajam kepada Roy yang duduk di jok belakang. Roy seperti akan diterkam harimau rasanya. Wajah Hamzah yang biasanya teduh, di depan Roy
Kabut Tanah Tembakau (91)
KINI Hamzah telah dihadang empat preman dan langsung mengelilinginya. Hamzah terlihat santai dan tidak gugup. Keempatnya mengeluarkan kelewang dari balik jaketnya. Hamzah hanya senyum tipis.
Kabut Tanah Tembakau (90)
MALAM belum terlalu larut. Hamzah membawa mobil dengan santainya. Pikiranya masih membayangkan Marlina ada di sampingnya. Tiba jalan sepi sebuah Mobil Jeep Wrangler memepet mobil
Kabut Tanah Tembakau (89)
SEPANJANG hari Hamzah memikirkan Marlina. Perasaan Hamzah gundah gulana sejak Marlina pergi entah kemana. Tidak tahu berbuat apa. Apa yang dikerjakannya semuanya serba salah. Hamzah
Kabut Tanah Tembakau (88)
ROY meminta Anton agar mengintrograsi Hamzah untuk memastikan dimana Marlina berada. Roy menduga mustahil Hamzah tidak tahu keberadaan Marlina. Roy menduga Hamzah telah membunuh Marlina
Kabut Tanah Tembakau (87)
BATIN Marlina ingin berontak. Tapi ia tak kuasa melakukan itu. Marlina tak sudi ia disamakan dan siapapun. Walau dengan bidadari sekalipun. Bagi Marlina itu adalah
- 1
- 2
- 3
- Berikutnya
Tidak Ada Postingan Lagi.
Tidak ada lagi halaman untuk dimuat.