SUSANA yang tadinya riang gembira kini berubah menjadi kepanikan. Masyarakat yang menonton di menjadi kocar-kacir. Ada yang bersembunyi di balik tembok istana. Sembunyi di balik punggung panggung. Ada yang lari terbirit-birit ke segala penjuru. Hura-hara terjadi dimana-mana. Saling serang dan saling membantai.
Pemusik, penarik dan penyanyi pun tuganglangang entah mana menyelamatkan diri. Semua panik dan takut menjadi sasaran amukan dua kubuh yang sedang berseteru. Pasukan istana terus diserang oleh pasukan elite pimpinan Handoyo.
Dalan sekejab saja Pangeran Saloka dengan pasukan berkudanya tiba di alun-alun istana. Bersamanya juga ikut laskar yang dilatih Rakat begitu cekatan menghabisi pasukan istana. Laskar perlahan meringsek masuk ke atas panggung.
Ruwondo dengan cepat manarik tangan Marlina masuk ke istana. Rakat datang menghadangnya. Ruwondo begitu kaget melihat Rakat berpihak kepada pembrontak. Ruwondo merasa ditusuk dari belakang.
“Lepaskan Marlina, Rundowo!” bentak Rakat dengan marah
“Pengkhianat! Bangsat kau! Tak kusangka kau mengkhiabnati aku!” teriak Ruwondo penuh dendam.
Rakat tertawa. Bagi Rakat ini saatnya menuntut balas atas kematian Raja Rakudo, ayah Ruwondo sendiri. Ruwondo tega membunuh ayahnya sendiri demi kekuasaan. Rakat sadar kekuasaan itu memang nikmat. Itulah membuat siapa saja rela melakukan apa saja untuk sebuah kekusaan. Ketika Rakat hendak menyerang Ruwondo, enam pasukan istana langsung menghadangnya. Rakat diserang oleh enam pasukan istana. Ruwondo memaksa Marlina untuk ikut dengannya.
“Lepaskan aku!” teriak Marlina melawan.
“Tidak! Kau adalah permaisuriku. Kau harus ikut aku!,” kata Ruwondo sambil memaksa Malarina masuk ke dalam istana.
Di depan istana ratusan pasukan menjaga bersiap menunggu laskar yang siap meggempur pertahanan musuh untuk masuk ke dalam. Pangeran Saloka di atas kuda sembraninya menghajar banyak musuk di depan istana.
Hamzah datang membantu Rakat dalam menghadapi pasukan istana yang kuat dan perkasa. Hamzah mengeluarkan semua jurus-jurus yang pernah dimainkanya. Ia melesat dan terbang menhajar musuh satu per satu.
“Tolong…” teriak Marlina dari dalam istana. (***)
Pondok Melati,
Regardo Sipiroko
*DILARANG mengutip keseluruhan atau sebagian dari Novel Mini ini dalam cuplikan atau utuh untuk film, video, audio, tulisan atau bentuk apapun tanpa izin dari www.gapuranews.com