DI ATAS panggung sedang menampilkan pemusik dan penari ternama. Para seniman musik menampilkan nyanyian dengan musik tentang asmara. Masyarakat yang berjubel hadir begitu atusias menyaksiakan acara terbilang langka ini. Semua begitu bersemangat yang di atas panggung dan penontonnya.
Seorang pemukul gendang sakin semangatnya melambungkan gendangnya ke udara, kemudian mengangkapnya kembali dan memukul gendangnya sesuai irama yang sedang dimainkan. Pegendang yang sudah sepuh itu dikenal sebagai maestro gendang yang tiada duanya.
Masyarakat yang menonton terhipnotis dengan sang masetro saat mengiringi penyanyi dan penari yang sedang tampil di atas panggung. Di arena penonton, masyarakat banyak yang menari dengan pasangannya. Bahkan ada yang mabok sembari menari dengan indahnya. Ada juga yang menikmati sendiri-sendiri.
Irama musik dan tariannya sangat mirip dengan tari dan musik ronggeng yang ada di alam nyata. Perbedannya, musik disini lebih menggambang dan mengalun-ngakun.
Selepas beberapa lagu didendangkan, Marlina dan didampingi Ruwondo duduk di tempat yang terhormat. Semua yang hadir menunduk dan memberi hormat kepada Ruwondo dan Marlina.
Dengan gagahnya Ruwondo dengan memegang tangan Marlina menuju ke atas panggung utama. Marlina terlihat begitu angunnya. Tangannya yang satu di pegang Ruwondo sedang yang satu memegang seikiat bunga Baby Breath yang diberikan Hamzah ketika di rumah Harum Cempaka sore tadi.
Di tengah masyarakat, Handoyo memperhatina Marlina di atas panggung. Ia sempat berdecak kagum juga melihat kecantikan cucu buyutnya itu. Ketika melihat Ruwondo tagannya gemetar ingin segera menghabisinya. Handoyo berlagak mabok ketika pangawal istana yang berpatroli di antara masyarakat ada yang memperhatikannya. (***)
Pondok Melati,
Regardo Sipiroko
*DILARANG mengutip keseluruhan atau sebagian dari Novel Mini ini dalam cuplikan atau utuh untuk film, video, audio, tulisan atau bentuk apapun tanpa izin dari www.gapuranews.com