MALAM tanpa bulan bintang, angin tak ada yang berhembus, tidak juga panas dan tidak juga dingin. Namun suasana di alun-alun istana begitu bergairah ingin melihat Marlina. Masyarakat begitu histeris melihat sosok Marlina.
Ruwondo tiba-tiba menaikan kedua tangannya. Masyarakat yang hadir di alun-alun pun seketika diam. Dengan suara bergetar dan tegas Ruwondo menyatakan Marlina sebagai calon permaisuri.
“Dengan ini saya sampaikan, bahwa yang menjadi permaisuri adalah Marlina. Wanita cantik ini telah menjadi pelita hidupku,” kata Ruwondo sembari membungkukkan kepalanya di depan Marlina.
Susana hening seketika berubah menjadi meriah. Ruwondo meminta musik dimainakan. Susana pun meriah. Pemusik pun segera memainakn musik yang bergairah. Penyanyi ternaman turun diiringi penari yang berpakian mewah dan sentuhan mirip Melayu. Irama dan syair yang gembira itu sangat mirip dengan musik Ronggeng Deli. Membuat masyarakat yang mendengar hanyut dengan kegembiraan.
Ruwondo mengajak Marlina menari mengikuti irama musik. Dengan terpakasa Marlina mengikutinya. Marlina mencoba menari tanpa perasaan. Ia mencoba mengingat tarian saat ia menari bersama Hamzah di Pakpong Medan, di Taman Budaya Sumatera Utara.
Usai satu lagu, pangawal membawa kepala penjara ke atas panggung. Semua menjadi diam. Bahkan banyak dari masyarakat begitu ketakutan. Malam ini, diagendakan juga acara eksekusi mati kepala penjara. Dakwaannya lalai menjaga penjara mengakibatkan kaburnya narapidana Handoyo.
Tidak berapa lama muncul seorang algojo berbadan tinggi besar dengan muka ditutup siap mengeksekusi mati kepala penjara. Ia memegang kampak raksasa. Saat di seret pengawal istana, kepala penjara menagis dan memohon agar kepala tidak dipenggal.
“Inilah hukuman bagi yang melalaikan pekerjaannya,” kata pembawa acara dengan suara lantang.
Dari balik dinding Handoyo mengluarkan busurnya dan seketika melepaskan anak busurnya ke arah algojo yang siap memenggal leher kepala penjara. Ketika algojo tersungkur pasukan elite segera naik ke atas panggung dan melalukan penyerangan kepada pengawal. (***)
Pondok Melati,
Regardo Sipiroko
*DILARANG mengutip keseluruhan atau sebagian dari Novel Mini ini dalam cuplikan atau utuh untuk film, video, audio, tulisan atau bentuk apapun tanpa izin dari www.gapuranews.com