Kabut Tanah Tembakau (58)

TUGIMIN tak lama muncul kembali ke gubuk dengan membawa buah keladi, rebung dan buah kelapa muda yang diambilnya di tepi hutan. Sarni langsung membersihkan keladi dan rebung. Keladi potong besar lalu di rebus.

Tugimin di luar gubuk sedang melatih otot-ototnya yang kekar dengan gerakan kuda-kuda. Teknik dasar yang harus dikuasai agar bisa lanjut mempelajari gerakan berikutnya. Gerakan dasar kuda-kuda ini juga dapat melatih kekuatan otot kaki.

Bacaan Lainnya

Sejurus kemudian Tugimin berlatih teknik kuda-kuda depan dengan salah satu kaki diletakkan di depan. Berat badan bertumpu pada kaki bagian depan. Lalu berlatih teknik serangan, yakni menggunakan tangan dan serangan menggunakan kaki.

Meski tak bersuara, namun Sarni mendengar langkah dan jurus yang dilatih Tugimin. Sarni mengintip dari sela-sela dinding bambu. Ia pun langsung tersenyum. Yang dilatih Tugimin juga yang pernah dilakukan Sarni. Handoyo, suami Sarni belum memberikan teknik kuncian kepada Tugimin atau jurus mematikan. Ilmu bela diri yang diturunkan Handoyo kepada muridnya Tugimin belum tinggi.

Berlatih ilmu bela diri di perkebunan tembakau harus dilakukan secara sembunyi dan hati-hati. Kalau ketahuan opsir atau Mandor bisa dikenakan sanksi akan melakukan perlawanan. Banyak sekali penjilat-penjilat tuan perkebunan tembakau.

Usai sarapan pagi dengan menu buah keladi, Sarni menuju ke parit dekat hutan. Airnya bersih dan mengalir deras. Perlahan Sarni turun ke air dan membasuh mukanya. Lalu perlahan membuka bajunya dan yang tersisa tunggal kain panjang yang menutupi tubuhnya rampingnya. Sarni menikmati air sejuk sembari membersihkan punggung dan lengannya.

Tanpa sengaja, Tugimin yang habis mencari ikan dengan kayu yang diruncingkan dari arah hulu dengar suara orang mandi. Tugimin kaget dan bertanya dalam hati, siapakah yang mandi di tepi hutan seperti ini. Jauh dari penduduk. Biasanya, orang bunian juga sering mandi di parit di tepi hutan. Tugimin mengkuatkan hatinya untuk mendekatinya.

Seketika jantung Tugimin berdebar gencang. Tugimin mengucak matanya berkali-kali. Ternyata yang dilihat Tugimin mulus punggung dan lekukan tubuh Sarni. Indah dan sensual. Inilah pertama kalinya bagi Tugimin melihat tubuh mulus wanita. Meski usia sudah 24 tahun, namun Tugimin belum menikah. Tugimin lebih fokus mengurus perkebunan tembakau. Bahkan guru bela dirinya, Handoyo selalu menasehatinya agar segera menikah.

Panik dengan melihat lekukan tubuh Sarni, Tugimin langsung membuang pandangannya kearah semak belukar. Kaki Tugimin gemetar. Dengan perlahan Tugimin langsung balik ke gubuk. Duduk di pokok gubuk dengan nafas tersengal-sengal sembari menatap bayi Sarni yang tertidur pulas. (***)

Pondok Melati

Regardo Sipiroko

*DILARANG mengutip keseluruhan atau sebagian dari Novel Mini ini dalam cuplikan atau utuh untuk film, video, audio, tulisan atau bentuk apapun tanpa izin dari www.gapuranews.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan