MATA Hamzah menatap tajam kepada Roy yang duduk di jok belakang. Roy seperti akan diterkam harimau rasanya. Wajah Hamzah yang biasanya teduh, di depan Roy menjadi bengis dan menakutan. Bagi Roy kali inilah ia merasakan takut yang tidak terhingga. Roy baru merasakan bagimana membangunkan harimau dari tidurnya.
Roy, Anton dan Edison serta anak buahnya tidak pernah membayangkan sosok yang mereka hadapi adalah seorang pendekar. Seorang putra melayu yang berhati baja jika mengahadapi musuhnya, dan berhati mulia jiwa menghadapi kawan.
Mereka menduga Hamzah hanya pemuda biasa yang berprofesi menjadi jurnalis di kota Medan yang begitu gampang ditaklukan. Sosok Hamzah sebagaimana pendekar lainnya memiliki prinsip tidak berbuat hal-hal yang dapat mencelakai diri sendiri. Tidak memancing kericuhan dalam suasana apapun. Pembelaan diri merupakan prinsip utama dalam pencak silat. Terutamanya tidak mencari musuh.
Sebagai seorang pendekar melayu Hamzah mempergunakan kepandaiannya untuk menolong orang. Tidak menonjolkan diri atau sombong, terlebih-lebih sewenang-wenang. Juga tidak boleh mencari musuh atau mempunyai musuh. Yang paling penting Hamzah tidak akan menyerang terlebih dahulu, bahkan harus menghindari bentrokan atau perselisihan dari kemungkinan adanya kesalahpahaman.
Bagi Hamzah olahraga pencak silat adalah kemampuan, keterampilan, dan kemantapan dalam mempertahankan dan membela diri terhadap ancaman bahaya dari dalam maupun luar, serta untuk menjamin keselarasan dengan alam sekitarnya.
Merasa bosnya ditantang, Anton mencoba menantang Hamzah duel meski ia tahu tidak akan kuat melawannya. Roy cepat memegang pundak Anton seakan memberikan isyarat untuk tidak melakukan perlawanan.
“Saya minta kalian berdua menjawab pertanyaanku. Ada urusan apa kalian dengan saya?” tanya Hamzah dengan lembut namun tegas.
“Kami hanya mencari Marlina! Dia calon istri saya!” tegas Roy.
Hamzah kaget. Didepan Roy dan Anton Hamzah tetap menyembunyikan rasa kagetnya yang luar biasa itu.
“Saya tidak mengetahuinya. Saya tidak ada urusan dengan anda berdua. Paham?” kata Hamzah sambil berlalu meninggalkan Roy dan Anton.
Tidak berapa lama mobil yang dikendarai Hamzah menghilang. Tinggalah Roy dan Anton menjadi terbodoh. Tak berapa lama Edison dan tiga preman lainnya bangkit dari aspal setelah dihajar Hamzah. (***)
Pondok Melati,
Regardo Sipiroko
*DILARANG mengutip keseluruhan atau sebagian dari Novel Mini ini dalam cuplikan atau utuh untuk film, video, audio, tulisan atau bentuk apapun tanpa izin dari www.gapuranews.com