Festival Seni Rupa Anak Indonesia ‘Main’

Foto: Karya Alyssa Kusnoto Lebih Baik Nge-gundu daripada Nge-gadget (ist)

JAKARTA – Galeri Nasional Indonesia siap menggelar Festival Seni Rupa Anak Indonesia pada 23 Juli – 23 Agustus 2019. Festival ini dibuka secara resmi oleh Ketua Harian Komite Nasional Indonesia untuk UNESCO Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Dr. H. Arief Rachman, M.Pd. pada Selasa, (23/7/2019) pukul 09.30 di Ruang Serbaguna Galeri Nasional Indonesia, bersamaan dengan perayaan Hari Anak Nasional.

Festival Seni Rupa Anak Indonesia diinisiasi dan diselenggarakan oleh Galeri Nasional Indonesia bekerja sama dengan berbagai lembaga yang aktif di bidang pendidikan dan kebudayaan.

Bacaan Lainnya
Karya Nabilah Salmah Ulya (ist)

Di antaranya Museum Basoeki Abdullah; Dinas Kebudayaan DIY; Goethe-Institut Indonesien; The Japan Foundation, Jakarta; Bali Estetik Art (beArt) & Management; Perkumpulan Baturulangun Batuan Bali; Ganara Mini Art District; ars86care foundation; Komunitas Hong; Sanggar Gambar Ananda Bandung; RovingLAB; dan PicuPacu Creative Children Community.

Festival ini dikemas dan disajikan secara menyenangkan dalam bingkai tajuk “MAIN”. Tim kurator festival yaitu Asikin Hasan, Citra Smara Dewi, Teguh Margono, dan Bayu Genia Krishbie, memilih istilah ‘Main karena dekat dengan anak-anak, dan dekat pula dengan sebuah proses kreativitas.

Dua hal tersebut terus mengiringi seseorang dalam berkarya. Dalam bermain-main kerap ditemukan ketakterdugaan, melampaui apa yang dipikirkan. “Main’ pada dunia anak-anak adalah semacam katarsis untuk melepas energi yang sangat besar pada diri anak.

Energi itu pula yang menyambangi imajinasi dan fantasi, sehingga mewujud sebagai sebuah bentuk yang dikenali sebagai gejala rupa. Dari konsep tersebut, maka festival ini lebih menekankan pada bermain-main dan mencipta dalam bidang seni rupa.

Karya Ni Kadek Dwi Antari – Hutan (ist)

Selama satu bulan penuh, 23 Juli – 23 Agustus 2019, Festival Seni Rupa Anak Indonesia “MAIN” menyajikan pameran, pemutaran film, lokakarya, permainan, dan dongeng, yang secara keseluruhan terkait dengan sains, lingkungan, dan motivasi.

Pameran menampilkan 74 karya pilihan dari 376 karya seni rupa anak Indonesia yang dijaring melalui aplikasi terbuka se-Indonesia,

43 karya pemenang Lomba Lukis Kolektif Pelajar Galeri Nasional Indonesia (2009-2018); empat karya pemenang Lomba Lukis dan Cipta Puisi Anak-Anak Tingkat Nasional 2008, Istana Kepresidenan Cipanas; serta 34 karya seni rupa dari lembaga dan komunitas yang diundang khusus berdasarkan pertimbangan kuratorial.

Karya-karya tersebut disajikan melalui lukisan, batik, keramik, fotografi, instalasi, film, digital art, seni interaktif, dan seni partisipatif. Dalam pemutaran film ditayangkan lima film yang dikaitkan dengan lima eksperimen.

Karya Aji Hidayat Febrianto – Hutan Papua Indonesia. (ist)

Lokakarya menyajikan berbagai kegiatan yang memberikan kesempatan kepada publik untuk ikut aktif berpartisipasi membuat karya seni.

Anak-anak diajak membuat wayang kardus, cap pada tas jinjing, bereksperimen warna monoprint menggunakan mesin cetak; mewarnai buku cerita, serta membuat jilid buku cerita dan belajar jilid buku gaya Jepang.

Sedangkan remaja, guru, dan orang tua dapat mengikuti lokakarya mengemas menggunakan kain tradisional Jepang, dan membuat alat ajar dari bahan daur ulang.

Ada juga beragam permainan yang mengajak anak-anak bermain menggunakan daun, memainkan permainan tradisional Jepang, juga bermain boardgames dari Jerman.

Yang tak kalah seru, ditampilkan pertunjukan dongeng bersama PM Toh dan Yoko Takafuji yang akan bercerita tentang tsunami. Ada pula dongeng tentang ular bersama Kak Andi Yudha sekaligus mengenal dan bermain bersama ular, serta menggambar ular pada kertas sepuluh meter. (**/gr)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *