Kabut Tanah Tembakau (116)

MENJELANG malam rombongan dari istana datang untuk menghias Marlina. Rumah Harum Cempaka sudah dikawal ketat. Hanya seisi rumah dan tukang kebun yang boleh tetap tinggal sampai kelak Marlina di bawah dengan kereta kuda ke istana.

Di sebuah ruangan khsus Marlina didandani oleh empat penghias profesional istana. Marlina hanya pasrah wajahnya di make-up dan rambutnya ditata. Marlia sesekali tersenyum kepada penghias agar tidak curiga. Para penghias pun segan mengajak calon permaisuri yang kini sedang didandani.

Bacaan Lainnya

Marlina kaget melihat Hamzah ada di belakangnya dari cermin hias. Hamzah yang berperan sebagai tukang kebun sudah berganti busana pengawal permaisuri. Marlina semakin tidak enak hati. Tapi keduanya berlakon dengan peran yang sudah diatur oleh Rakat.

Darah Marlina terkesiap ketika melihat Hamzah datang membawa bunga Baby Breath yang mempunyai kelopak kecil dan berwarna putih. Bagi Marlina bunga Baby Breath bukan sekedar bunga biasa. Apalagi Hamzah membawanya dengan susana seperti ini. Maknanya menjadi dalam.

Baby Breath melambangkan cinta sejati, kemurnian, ketulusan dari cinta abadi. Bunga Baby Breath mempunyai arti itu, sehingga tidak aneh bunga ini sering digunakan sebagai bunga tangan atau buket pada resepsi pernikahan dan dijadikan sebagai pelengkap hiasan acara tersebut.

Dengan menunduk Hamzah menyerahkan seikat bunga Baby Breath dan diterima Marlina dengan santai. Jari manis Marlina bergerak dua kali. Hamzah memperhatikannya dan ikut mengerakkan jarinya. Marlina mencium bunga Baby Breath. Berukuran kecil dan sangat indah. Bila diterjemahkan artinya adalah bunga nafas bayi dengan filosofi yang berarti kesucian juga kepolosan.

“Terima kasih,” kata Marlina setelah memegang seikat bunga Baby Breath lalu menyerahkannya kepada panata rias

Dengan menunduk Hamzah jalan mundur sampai di depan pintu yang sudah dijaga dua pengawal istana balik badan. Tak berapa lama pintu pun tertutup. Tiba di luar, Hamzah menarik nafas lega. Ia berhasil memberikan informasi kalau dirinya siap dengan rencana pertama dengan gerakan jarinya. Bagi Hamzah ini kesempatan untuk membawa Marlina ke alam, nyata. Jika gagal, jangankan kembali, nyawa mereka pun terancam. (***)

Pondok Melati,

Regardo Sipiroko

*DILARANG mengutip keseluruhan atau sebagian dari Novel Mini ini dalam cuplikan atau utuh untuk film, video, audio, tulisan atau bentuk apapun tanpa izin dari www.gapuranews.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *