Cerpen Tiga Paragraf (Pentigraf) (40) ‘Mujur Tak Dapat Diraih, Malang Tak Dapat Ditolak’

tsi taura

TAK sampai sebulan Tuti yang katanya meninggalkan kota Binjai menuju Papua karena ditawari menjadi guru dengan gaji yang lumayan besar, menghubungi Tora seorang penegak hukum yang dikenalnya di komunitas sastra kota kelahirannya.
Tora kaget ketika Tuti berkata dia ternyata ditipu oleh seorang perempuan bernama Yessica. Dia kenal dengan perempuan itu di penjualan Es Campur Kalimantan, di jalan Sudirman tak jauh dari titi kembar Binjai, kota rambutan itu. Tuti seperti terhipnotis menyetujui tawaran Yessica yang modelis. Penuh aksesoris emas di tubuhnya. Yessica dengan lembut mengajukan syarat Tuti menanggung biaya keberangkatan untuk dua orang dengan pesawat menuju Papua, transit Jakarta. Tuti menjual perhiasannya dan ibunya membantu biaya secukupnya. Dan uang tiket dipegang oleh Yessica. Tuti tak tahu tiket yang dibeli hanya untuk tujuan Kualanamu -Cengkareng.

Tiba di Jakarta, Yessica membawa Tuti ke daerah Jakarta Barat. Mereka tiba ke sebuah ruko salon kecantikan hari telah malam. Salon itu masih buka. Yessica membawa Tuti ke lantai dua. Yessica menunjuk sebuah kamar untuk mandi dan berhias. “Mandi dulu, ganti pakaianmu. Setelah itu nanti kamu diwawancarai bos saya”, kata Yessica.
Tuti seperti kerbau dicucuk hidung, menurut saja apa yang diperintahkan Yessica padanya. Siap mandi dia shalat Isya. Seusai shalat firasatnya tak enak, “ada yang tak beres ini”, Tuti bicara pada dirinya sendiri. Dia rapatkan telinganya ke dinding sebelah. Terdengar suara cekikikan berbau mesum. Lemas lutut Tuti. Dengan cepat dia turun ke bawah dengan pakaian sehelai sepinggang. Yessica tak nampak mukanya. Pada kasir Tuti berpura-pura bertanya mana toko terdekat untuk membeli perlengkapan mandi. Kasir yang sibuk hanya menunjuk keseberang jalan. Tuti melangkah cepat, tukang ojek online menunjukkan tempat kost sementara di daerah Cipinang.

Bacaan Lainnya

“Bantu saya pak”, kata Tuti pada Tora.
Tora menyuruh Tuti ke Bandung ke rumah Tora. Dengan terus terang Tuti mengatakan dia sudah tak punya uang lagi untuk ke Bandung. Tora memberi jalan, ongkos ke Bandung dia yang bayar. Tora menyuruh Tuti agar drivernya menghubungi Tora.
Tora segera menghubungi sahabatnya Hang Kilau dan Mat Litak untuk mencari Yessica. Lewat tengah hari Tuti tiba di rumah Tora. Dia disambut haru oleh Marissa, istri Tora. Mereka sudah saling mengenal akrab. Tora menunggu Hang Kilau dan Mat Litak. Mereka menginformasikan “ular sanca” sudah dijinakkan. Perintah Tora, beri pelajaran, suruh kembalikan semua kerugian Tuti dan uang terkejutnya.
Tiba di rumah, Tuti sedang menangis terisak-isak. Ayah kandungnya, barusan meninggal dunia.
“Oh, mujur tak dapat diraih, Bala tak dapat ditolak. Sudah jatuh tertimpa tangga pula”, Tora bicara pada dirinya sendiri. Malam itu juga Tora dan Marissa menemani Tuti ke Jakarta selanjutnya dengan pesawat pagi Tuti terbang ke Kualanamu. Marissa memberikan pakaian ganti pada Tuti. Penjagaan di ruas jalan berlapis karena Jakarta sedang menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk menangkal covid-19 yang semakin banyak makan korban. Tangis Tuti sepanjang jalan, Marissa menghibur.
Tora mendengkur lelah. Mereka menginap di hotel yang tak jauh dari Bandara.

(***)
Bdg, Mei 2020
Tsi taura


Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *