Cerpen Mini (Cermin) (81) ‘Hidup Baru (2)

DARI kejauhan menggema lagu-lagu melayu ciptaan Nurainun, penyanyi legendaris kelahiran Stabat, Sumatera Utara. Lagu yang sudah sangat lama tak didengar Mat Kilau.
Lagu Keluhan jiwa, bunga di taman dan Dayang senandung, menohok ulu hati Kilau. Lagu-lagu itu selalu dinyanyikan Sonya dengan amat merdu. Suara Sonya bagai buluh perindu, petunang yang membuat pendengarnya terkesima. Suara gendang dan piul menambah hidupnya suasana di pentas rumah Tengku Husein Petir, atok Kilau. Beberapa penari putri melayu melenggok memukau para undangan.

Kilau semakin mendekat ke tempat hajatan. Ia bagai perahu diterpa ombak keras, oleng ke kiri ke kanan.
“Aku tak ingin karam pada perahu yang kebocori sendiri”, Kilau membatin.
Tanpa setahu Paulina ia membelok jalan, urung menyaksikan mantan istrinya bersanding.

Bacaan Lainnya

Paulina kaget ketika kilau menembus jalan bertanah penuh debu, pinggiran kebun tebu milik PTP.
“Kita kemana Kilau? Tak jadi melihat atok?”, tanya Paulina.
“Tora tak mengundang kita, atok tak mengabari hari ini Sonya menikah. Apa salahku pada Tora hingga ia bersikap demikian padaku?”
Paulina tergelak dan bertutur, ” apakah kanda mengundang mereka saat kita menikah?”
Kilau tak menjawab, ia melajukan kenderaannya, debu pun berterbangan, mengabur pada orang-orang yang berlalu lalang.

Paulina berteriak, “hentikan mobil kanda, aku turun di sini. Bagiku sekali berniat tabu bagiku melanggarnya.”

Kilau kaget, dengan tiba-tiba ia me-rem pakam kenderaannya. Tak sempat dia bicara, Paulina keluar mobil menyetop seorang lelaki tua berlereng, bermohon ia diantar ke tempat pesta Sonya.
Kilau terpelongo, cepat ia memutar kenderaannya, mengejar istrinya.
Sia-sia karena Paulina seperti kilat dibawa lelaki tua itu. Ia adalah lelaki sakti di simpang kramat, Datuk Panglima Hitam (***)

Medan, 290820

Tsi Taura.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *