4 (empat) putra andal tanah melayu Sukaraja setelahPensiun pulang kampung. Mereka berniat membangun.Hanya Tan Tualang beralih profesi menjadi advocat. Tapi dia lebih banyak di Medan
TUALANG sangat panik, dia sangat menyesal berdebat dengan Marissa yang sangat disayanginya. Nasi telah menjadi bubur, perbuatan dapat dimaafkan, tapi kata-kata yang keluar bagaimana mengejarnya.
PANGLIMA Mejin tak bertanya pada Tan Sina Idris dan Tok Syamsuddin, datang malam ke rumahnya. Dan keduanya juga tak bertanya tentang Marissa.Kedua tamunya itu seakan
TAN TUALANG, Dede Sukendar, Sri Kemala, Bik Ijah pembantu rumah tangga Marissa,kalang-kabut mencari Marissa. Tan Sina Idris, masih terpulas di katil.Tualang berteriak memanggil Tan Sina
PUKUL 15.00 WIB, pesawat Batik Air, boarding. Terbang ke Jakarta. Suara mesin meraung seakan menembus awan kabut. Pesawat mulai mundur, mengarah landasan pacu.Di dalamnya duduk
USAI sudah resepsi Sri Kemala dan Dede Sukendar, malam purnama yang bersih.Tak ada gangguan yang ingin mengacaukan acara sakral tersebut. Acara itu dipilih oleh Marissa
AZAN magrib baru saja menggema, langit merah, awan kabut entah di mana memadu kasih.Pungguk-pungguk memandang dari kejauhan, “oh malangnya, rinduku pada bulan dijaga serdadu cinta
EMPAT Belas hari bulan tinggal 5(Lima) malam lagi. Persiapan Perhelatan pernikahan Sri Kemala dengan putera Pasundan nyaris rampung dikerjakan anak-anak teater dan sastra secara bahu
RUANG Smoking di Bandara Kualanamu mulai sunyi, waktu sudah menunjukkan pukul 04.30 Wib, tok Porman Pagaruyung sudah berkali-kali menguap menahan kantuk dan berkali-kali pula cahaya
ARIFIN SCOT merasa nyaman, malam di kampung yang pertama kali dia berencana menginap di mesjid Jamik, sebelum titi goyang.Konon mesjid itu dibangun tahun 1889. Mesjid
ARIIFIN Scot dengan menumpang becak bermotor menuju Jalan Sudirman, dia mencari-cari rumah makan, hingga dia terdampar di pusat penjualan makan malam, orang Binjai bilang “pasar
TENGKU Tan Tualang, seusai sarapan pagi di telepon Sri Kemala.Marissa, dan dua putranya, Bima dan Tan Sina Idris, masih di meja makan.“Dari seberang nun jauh
SELEPAS Magrib, Bumi Pasundan yang konon lahir ketika Tuhan sedang tersenyum, pengusaha tekstil, Dede Rukmana sedang menikmati malam di Braga bersama Sri.Duda tunggal itu merasa
MATAHARI belum setinggi penggalah, Tualang, Sri dan Pengusaha Tekstil teman akrab Tualang sudah tiba di kota Bohorok. Makan siang di salah satu rumah makan milik
SEUSAI Magrib setelah 2(dua) minggu Husein diopname, mereka meninggalkan ruangan Berlian 1, tempat Husein dirawat inap.Dokter Tuti dan Pakcik Syamsuddin lebih dulu pulang ke tanah
KERETA Lelawangsa terakhir tiba di Stasiun Besar Medan. Sri Kemala turun dari kereta dengan beca mesin atau kini disebut Betor, beca bermotor Sri menuju RS
DUA puluh tahun yang lalu, Tuti sering bertandang ke rumah ayah Husein, terutama di musim buah-buahan. Pohon rambutannya rimbun buah.Ayahnya seorang yang sosial, siapa saja
SRI Kemala mempertegas hubungan larangan dengan Husein pada dr Tuti.Itu semua dimaksudkan agar Tuti tak curiga ada hubungan terselubung antara Sri dengan Husein.Dan agar dr
PAGI itu udara di atas kota Binjai cerah, angin bertiup lemah, matahari bersinar lembut, Husein memohon pada Sri Kemala menemaninya naik kereta Lelawangsa ke Medan.“Ngeri
PULANG dari opname di Rumah Sakit Permata Bunda, Sri Kemala membawanya pulang dengan Honda Civic Sedan miliknya.Melewati Jalan Pandu, masuk jalan Pemuda, Hussein mengajak sepupunya
RUMAH itu sunyi semenjak ayah dan dan emak Husein pulang keabadian.Dulu, rumah tersebut disebut rumah bertangga.Ada beberapa pohon rambutan, manggis dan penuh tanaman melayu, seperti
JAM di tangan Husein menunjukan waktu pukul 11 Wib, Dia memasuki kedai Soto, di daerah Kesawan, di dekat Tjong A Fie.Gedung bersejarah seorang Mayor Tionghoa
HUSEIN si lelaki jangkung itu merasa bersalah, membiarkan Hamidah melangkah tanpa tujuan dengan sisa air mata tumpah di kakinya.Lelaki itu membalikkan tubuhnya ke arah stasiun
Pagi itu cuaca sangat buruk, mendung menghitam langit di atas kota Binjai.Orang berlari-lari menuju stasiun keret api Binjai karena hujan mencurah lebat.Petir sesekali memekik. Husein,
GERIMIS tak henti-hentinya mengetuk genteng rumah seni di sudut kampung yang sunyi.Di dalamnya penggiat seni bersiap-siap melakoni perannya.Tua muda berbaur duduk di lantai, malam yang
TORA tak tahu sejak di RSPAD Gatot Subroto, dr Tuti mengikutinya, mana tahu Tora mengalami kesulitan melakukan negosiasi dengan pihak Rumah Sakit. Dan dia pun
Kenderaan yang disiapkan Kajati DKI membawa Tora dan Jaksa lainnya menuju ke Rumah Sakit Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto. Sebelum mereka menyergap datuk Kelana terlebih
Kantor Penegak Hukum berseragam coklat itu hampir tiap hari diunjuk rasa, menuntut segera dieksekusi terpidana Datuk Kelana. Unjuk rasa mereka dinilai tertib dan siap membantu
PERTOLONGAN apa itu?”, tanya dokter Tuti. Suaranya bak buluh perindu, bibirnya yang kering seperti kehausan.Tora mengeja raganya. Sesekali mata mereka beradu pandang. Tuti tersipu tak
TORA dan stafnya kembali disibukkan kasus datuk Kelana.Mahkamah Agung telah mengeluarkan putusan pidana korupsi di tingkat kasasi terhadap terpidana datuk Kelana.Masyarakat yang kontra dengan datuk
TANJUNG Pinang, 2004.Angin laut berembus kencang. Dingin menyucuk raga.Malam ini Tora diundang Narti, si angkasawati untuk datang ke ruang siarannya, RRI Tanjung Pinang, berlokasi di
SIANG ini udara menyengat raga, tak terasa angin berembus.Di halaman tempat sidang datuk Kelana berjubel manusia pendukungnya.Tora menyelinap di kerumunan tersebut.Hari ini sidang dengan agenda
TIRTA Utomo suatu malam mengajak atasannya Tora makan malam. Ajakan tersebut dengan senang hati disetujui Tora, seperti orang mengantuk disorongkan bantal. Mereka menuju kuliner yang
HALIM Fauzan dalam keadaan gugup mencoba menjelaskan pada Tora, “tak ada niat buruk saya pak Kajari, saya hanya ingin berkenalan lebih awal dengan bapak. Saya
TANJUNG PINANG, Kepulauan Riau 2003.Udara masih tipis, Pelabuhan Sri Bintan Pura sudah riuh. Penumpang datang dan pergi dari Batam, Tanjung Balai Karimun, Singapura dan Malaysia.Kapal-kapal
HARI ini hari terakhir masa tenggang waktu berpikir berakhir bagi Tora untuk mengabulkan atau menolak permintaan keluarganya, gadis mirip Pakistan tersebut sebagai calon istrinya.Pertemuan akan
AYAH Tora mendapat kiat bagaimana membuka pertemuan petang itu.Dengan senyum dan wajah kuyu ia menutur kata lembut, “Tora apa kesanmu nak kunjungan kita tadi?” Tora
SAHABAT Tora, Arie Scot ikut cuti. Ia kembali ke Ceribon, Tora ke kota rambutan, Binjai Sumatera Utara.“Tora, semoga doa kita terkabul, segera pindah tugas”, kata
HUJAN tak turun-turun di tanah gambut. Hutan-hutan terbakar dan dibakar. Kuala tungkal sangat berharap turunnya hujan. Dari air hujan sebagian penduduknya berjualan air hujan. Konon
DALAM Waktu kurang lebih tiga tahun Tora telah berkali-kali pindah tugas sebagai Penuntut Umum. Terkini ia bertugas di Kota Kuala Tunggal, Kabupaten Tanjung Jabung Barat,