Cerita Mini (Cermin) 20 ‘PENGANTIN’

tsi taura

AZAN magrib baru saja menggema, langit merah, awan kabut entah di mana memadu kasih.
Pungguk-pungguk memandang dari kejauhan, “oh malangnya, rinduku pada bulan dijaga serdadu cinta kasih manusia”, pungguk meratap bisu di atas pohon bambu.

Tiba-tiba pengunjung dihentak lembut, suara biola dr Tuti mengiringi suara merdu seorang pemuda, mengalun lagu melayu “Pancang Jermal”.
Hadirin yang didominir seniman bersuit-suit, memberikan aplus yang memeriahkan resepsi 14 hari bulan purnama.
Marissa menunduk ditemani Sri Kemala menjelang akad nikah dilaksanakan.

Bacaan Lainnya

Tan Tualang membuang pandang, dia lebih memilih ngobrol dengan 2(dua) guru spritualnya, Panglima Hang Mejin dan Panglima Datuk Sukaraja.

Lagu pancang jermal seolah menembus belantara:
“layang-layang bertali benang
putus diganti, putus diganti tali belati
layang-layang bertali benang
putus diganti, putus diganti tali belati

siang dan malam duduk mengenang
orang kukenang, orang kukenang tak ambil peduli….”
Lagu terputus di sini, acara akad nikah akan dimulai.

Sri Kemala berkebaya melayu, jalannya lembut menuju tempat akad nikah.
Dede Sukendar berteluk belanga berwana kuning emas, berpeci hitam.

Prosesi pernikahan berlangsung singkat, semua saksi bersuara sama…..sah…..
Dilanjutkan prosesi adat yang dipandu Datuk Porman Pagaruyung….
Acara makan malampun digelar.
Ada anyang pakis, pepes ikan, gulai asam jurung, lalapan daun pepaya sambal terasi. Ayam goreng kampung dengan sambul kecap.
Jelatah timun, pajri nenas….wow semua mengundang selera.

Seusai makan malam, acara tari-tarian melayu dengan tampilan putri-putri ayu melayu, digelar lembut.

Pembaca puisi juga tampil dengan puisi romantis Tan Tualang, datuk Porman Pagaruyung. Dan beberapa penyair lainnya dari kota kerang asahan. Medan, Deli Serdang, Binjai dan Langkat.

Acara berlangsung hingga dinihari, suatu pagelaran yang tak pernah digelar di kampung Turiam. Kampung itu jadi merah, bulan cerah semua menikmati tanpa kebencian.
Orang sangat segan pada pemilik rumah, Mat Kilau dan sahabatnya Tan Tualang.
Dua sosok anak melayu yang dermawan.

Malam semakin membenam.
Cinta datangnya tak ada yang tahu.
Angin mati di pengujung malam.

“Hidup tak pernah menyelesaikan persoalan, karenanya jangan terlena senyum yang sekilas.”

Purnama pun berlalu
Purnama esok milik siapa….(**)

Medan, RSU Vina Estetica, 050221

Tsi Taura

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *