Cerita Mini (Cermin), (12) ‘Eksekutor Dari Tanah Melayu’

tsi taura

TANJUNG PINANG, Kepulauan Riau 2003.
Udara masih tipis, Pelabuhan Sri Bintan Pura sudah riuh. Penumpang datang dan pergi dari Batam, Tanjung Balai Karimun, Singapura dan Malaysia.
Kapal-kapal ferry mulai merapat dan berangkat.

Dari kejauhan terlihat tiga orang lelaki berjalan menuju arah keluar Pelabuhan.
Di bibir pintu masuk Pelabuhan mereka disambut orang-orang berseragam coklat.

Bacaan Lainnya

Tiga lelaki itu bersalaman sekejap dengan para penyambut, kemudian kenderaan yang membawa mereka melaju ke sebuah penginapan, Hotel Bintan Beach, terletak di jalan Pantai Impian Tanjung Pinang.
Berada di dekat laut pantai, di belakangnya berlumpur.
View sunset dan suntest kelihatan dari hotel Bintan itu. Terlihat pulau kecil di sekitarnya, seperti pulau Dompak, pulau Pangkil.

Hotel tersebut memiliki kamar yang simpel, memiliki balkon, kolam renang dan restoran.
Ke mana ketiga lelaki itu berada dikuntit terus oleh seorang lelaki berpostur tubuh kurus tinggi, seperti keturunan Arab. Dari mulai tiba di Pelabuhan Sri Bintan Pura hingga berada di Hotel Bintan. Tora mengamati dengan mata tajam.

Tora, salah seorang dari ketiga lelaki tersebut, naluri intelijennya tajam. Dua orang pendampingnya adalah personil intelijen di pos baru Tora. Tora menduduki jabatan penting penegak hukum.
Dengan suara pelan ia berkata pada stafnya, “lelaki di ujung lobby itu mencurigakan gerak-geriknya.”

“Dik,lihat lelaki seperti Arab itu mengikuti kita terus, kenal dengannya?”, tanya Tora pada salah seorang petugas intelijen Kejaksaan Negeri Tanjung Pinang, Tirta Utomo.
Dengan cepat mata Tirta Utomo mencari orang yang dimaksud Tora.

“Oh, itu Kepala Dinas Perhubungan. Namanya Halim Fauzan
Setiap pimpinan baru dia selalu ingin merapat”, kata Tirta Utomo.
Tora mengangguk-angguk tapi dia bergerak cepat turun dari balkon hotel menuju tempat duduk Halim Fauzan, Kadis Perhubungan itu.
Dua petugas Kejaksaan itu tercengang, saling pandang dan seperti digerakkan mereka menyusul ke bawah.

Dengan tenang Tora duduk berhadapan semeja dengan Halim Fauzan. Pucat pasi Kadis Perhubungan itu.

Tora menyerang lembut,”merokok pak?”, kata Tora menyodorkan rokok pada Halim Fauzan.
Tak berapa lama kemudian muncul staf yang mendampingi Tora.
Mereka bertegur sapa dengan lelaki jangkung itu.

“Kenalan dulu, ini pak Tora, Kajari baru kami. Tora menyalami Halim Fauzan dengan genggaman yang kuat, genggeman yang marah kenapa ia di ikuti terus oleh Halim Fauzan. Jemari Halim Fauzan dingin padahal udara gerah. Lalu mereka duduk berempat semeja, ngobrol diselingi tawa saat Tora melucu, menyindir Halim Fauzan.

Tora menusuk kata, “saya perhatikan sejak kami mendarat di Pelabuhan Sri Bintan tadi, anda mengikuti kami terus hingga kemari, ada apa ya?, “tanya Tora dengan wajah dingin. Tora merasa ada yang tak beres dengan tingkah Halim Fauzan.
Pertanyaan itu sama sekali di luar dugaan lelaki jangkung itu. Godam keras seakan menghantam kepalanya. (***)

Tanjung, Pinang, 2003,

tsi taura.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *