Tari Serampang 12 di Tepi Belantara Gunung Leuser

Foto: Lustrasi Tari Serampang 12 (ist)

Oleh. Tatan Daniel

“Saya suka berjalan ke berbagai tempat di Jawa, Bali, dan di luar negeri”, ujar Khairul Anwar, tokoh muda kampung Empus, Bohorok dengan emosional. “Semakin banyak yang saya lihat, semakin miris saya. Mengapa semangat berkesenian dan merawat budaya tradisi di kampung saya kian hilang”.

Bacaan Lainnya

Khairul yang gelisah, kemudian menggagas ‘Hari Raya Kampung’ Festival Budaya Bohorok. Perhelatan yang dilaksanakan oleh masyarakat kampung Empus ini, didukung oleh awak Kumpulan Pak Pong Medan, Komunitas Ronggeng Deli, dan tim Taman Budaya Sumatera Utara.

Kesenian tradisi Melayu khas Bohorok, Eskongkong, yang nyaris punah pun digelar. Begitu pula dengan khazanah kuliner setempat. Ikhtiar mengangkat batang terendam menjadi spirit yang mewarnai perhelatan selama tiga hari, 18-20 Juli 2019.

Kesenian Bordah yang senimannya masih tersisa beberapa orang, dinaikkan di pentas kehormatan. Dan Tari Serampang Duabelas, yang telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia, menjadi ikon menghangatkan atmofsir Bohorok, kecamatan yang berada persis di perbatasan kawasan hutan rimba Taman Nasional Gunung Leuser.

“Saya tak begitu paham seluk-ceruk kesenian tradisi Melayu. Tapi sangat mencintainya, dan ingin ia hidup kembali menjadi bagian dari keseharian masyarakat kampung Bohorok”, Khairul menambahkan.

Dengan ikhlas, ia, membiayai perhelatan ini. Di mata saya, ia tampak sebagai seorang maesenas muda, yang mewarisi semangat peduli seorang Ali Djauhari (alm), tokoh yang sangat dikenal oleh para seniman di Aceh, Medan, dan Jakarta.

Khusus penampilan Tari Serampang Duabelas, akan dirayakan oleh tiga puluhan pasang seniman tari terpilih dari beberapa Kabupaten di Sumatera Utara, seperti Langkat, Binjai, Medan, Deli Sedang, Tebing Tinggi, Asahan, Tanjung Balai, Labuhan Batu Utara.

Tari yang digubah oleh Sauti, dan dipentaskan pertama kali pada tahun 1938 ini, diharapkan dapat menjadi jangkar membangkitkan kesadaran dikalangan masyarakat setempat ikhwal warisan budaya yang kaya dan wajib dirawat. Sauti sendiri, pada tahun 2016 sudah ditetapkan oleh Pemerintah RI sebagai Maestro Pelestari Seni Tradisi.

Bohorok, dengan Bukit Lawang-nya, sekitar 70 km dari Medan, adalah kawasan ekowisata yang penting di Sumatera Utara. Dilintasi oleh sungai Bohorok yang mengalir deras menderu-deru, kecamatan ini sangat terkenal sebagai habitat hewan langka, orang utan dan burung pekicau, murai batu.

Ramai dikunjungi oleh wisatawan, terutama dari Eropa Barat dan Australia. Penduduknya terdiri dari berbagai etnis: Melayu, Karo, Jawa, dan Toba. Ada pula perkampungan masyarakat asal Bali, lengkap dengan ritual agama Hindu dan keseniannya. Tak jauh dari sana, terdapat pula kawasan konservasi gajah, Tangkahan, yang dibangun di tengah rimbun hijau hutan tropis Bukit Barisan. (***)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *