Indonesia Memiliki Potensi Untuk Memenangkan Kopi Spesialiti

Bincang Kopi

JAKARTA – Negara-negara di kawasan Eropa Utara atau yang lebih dikenal dengan Nordik adalah negara dengan peringkat teratas perihal minum kopi terbanyak. Urutannya adalah: Finlandia (12 kg per orang setiap tahun), Norwegia (9,9 kg), Islandia, (9 kg), Denmark (8,7 kg), Swedia (8,2 kg).

Meminum kopi sudah menjadi faktor turun-tumurun di sana, faktor iklim dan cuaca juga menjadi salah satu sumber penting yang mempengaruhi budaya minum kopi masyarakat Nordik. Masalahnya adalah apakah produk kopi Indonesia sudah merambah kesana? Acara Webinar ”Indonesia’s Specialty Coffee-Europe” 13 Oktober 2020 dimaksud untuk menjawab pertanyaan tadi.

Bacaan Lainnya

Dalam kaitan ini Kemlu telah mengadakan acara peningkatan kesadaran terhadap kopi spesialiti Indonesia, serta memperdalam jaringan komunitas kopi antar Indonesia dengan Nordik.

Dalam pidato pembukaannya, Dubes Prayono Atiyanto menyatakan bahwa salah satu kendala dalam meningkatkan hubungan dan kerjasama adalah langkanya komunikasi. ”Kita sangat straight forward. Kita telah mengidentikasi masalahnya dan kita ajak ngobrol mitra kita di Eropa. Forum ini juga akan meningkatkan interaksi dan confidence building antar pebisnis, analis, barista dan pemain kopi langsung Indonesia – Nordik”, kata mantan Dubes RI di Azerbaijan ini.

Beberapa pebisnis kopi Eropa yang hadir dalam Webinar menyatakan bahwa kopi Indonesia memiliki peluang untuk perluasan pasar ekspor khususnya ke Nordik. Hanna dan Jani Huuska dari Finlandia menyatakan bahwa meskipun dalam krisis pandemi, kopi merupakan minuman penting dalam kehidupan sehari-hari orang Finland. ”Pebisns Finlandia menyukai berdagang langsung dengan petani kopi”, kata Jani Huuska.

Hal yang sama juga disampaikan Andre Nilsson. Baginya kopi Indonesia memiliki keunikan tersendiri. Biji kopi Toraja dan Aceh Gayo semakin marak beredar di pasar kopi Swedia. Dia mengharapkan gerai-gerai kopi di sana juga menggunakan dan memasarkan penjualan kopi Arabika dari daerah Indonesia lainnya.

Namun diingatkan bahwa kampanye secara sistematis dan terukur akan membuat masyarakat Swedia lebih mengenal lebih baik. ”Public education mengenai kopi sangat penting, khususnya penjelasan mengenai asal-muasal kopi, ditanam berdasarkan pelestarian lingkungan”, kata Andre Nilsson.

Diskusi yang dipandu Dubes Bagas Hapsoro tersebut berlangsung dengan akrab dan inter-aktif. Ketiga peserta Nordik diatas tersebut secara langsung menanggapi presentasi Natanael Charis dari ”Morning Glory Coffee” dan Ryo Saputra Limijaya dari ”Anomali Coffee”.

Menurut Ryo Saputra dengan didorong oleh pertumbuhan kelas menengah dan perubahan gaya hidup masyarakat Indonesia, kinerja industri pengolahan kopi di dalam negeri mengalami peningkatan yang signifikan. “Contohnya, kita melihat roastery, cafe dan warung atau kedai kopi berkembang pesat, baik di kota besar maupun kota kecil,” tuturnya.

Natanael juga menjelaskan bahwa Indonesia yang awalnya dikenal sebagai produsen kopi, perlahanberkembang menjadi negara konsumen kopi. Bahkan, industri pengolahan kopi nasional tidak hanya menjadi pemain utama di pasar domestik, tetapi juga telah merambah sebagai pemain global. Yang perlu dicatat, Kata Natanael, proses pembuatan kopi dilakukan melalui upaya yang transparan. Pemain utama adalah justru petani.

Alf Kramer pengusaha kopi dari Norwegia memberikan beberapa ”tips” saran. Intinya adalah bahwa Indonesia perlu memonitor supplai kopinya sendiri. Seringkali persediaan biji kopi langka, dan pelanggan kecewa. Bagi penggemar kopi kalau sudah pindah tertarik ke kopi lain maka akan susah untuk kembali ke kopi sebelumnya.

Arf Kramer menyataan bahwa kopi Indonesia banyak dicari di pasar internasional, tetapi yang menjadi kendala adalah suplai dan konsistensi kualitas. Suplai kopi Indonesia bersifat fluktuatif, sedangkan pembeli membutuhkan kopi secara kontinu.

Komentar senada diberikan Regnar Kragh, seorang pengimpor kopi Indonesia yang berkedudukan di Denmark. Seperti misalnya pada tahun 2018 karena cuaca yang tidak baik, produksi turun. Akhirnya jumlah ekspor kopi Indonesia turun hampir 50%. Karenanya, petani-petani kopi harus lebih diedukasi agar lebih konsisten produksi dan kualitas kopinya. Salah satu tantangannya adalah ketika mendapatkan harga jual tinggi, petani tidak konsisten menjaga kualitas produknya,” beber Kragh.

Dalam disksusi tersebut juga mendengarkan komitmen dari para Dubes RI yang baru dilantik Presiden RI. Mereka adalah Dr. Ratu Silvy Gayatri (Dubes RI untuk Finlandia merangkap Estonia), Dewi S. Wahab (Dubes RI untuk Denmark merangkap Lithuania), dan Kamapradipta Isnomo (Dubes RI untuk Swedia merangkap Latvia).

Konjen RI Acep Somantri juga hadir dengan membagikan ”success story” dari perusahaan kopi Indonesia ”My Bali Coffee”. Intinya perusahaan ini telah melakukan hubungan bisnis dengan para petani langsung secara berkelanjutan di beberapa sentra produksi kopi di Bali, Sumatera dan Jawa. Saat ini kopi Indonesia tersebut telah dipasarkan di 300 unti toko dan supermarket di seluruh Jerman.

Kedepan para Dubes Nordik telah menyatakan minatnya untuk bekerjasama guna menggoalkan peningkatan ekspor melalui acara promosi kopi. Acara tahun depan dikhususkan untuk promosi produk kopi, alat pasca-panen dan pengolahan kopi, workshop pasar kopi di Eropa Tengah, ajang barista dan coffee testing, bussines matching, pengembangan kedai-keberbagai kota di Nordik.

Menyambut inisiatif para Dubes Nordik tersebut, beberapa perusahaan kopi Indonesia seperti Anomali Coffee dan ”Morning Glory Coffee” bermaksud menitipkan green beans ke Perwakilan RI untuk dipamerkan dan dicoba pada acara coffee cupping bekerja sama dengan coffee roaster di Nordik. Mereka juga menyatakan minatnya untk bekerjasama dengan perusahaan kopi Indonesia ”My Bali Coffee” untuk memasarkan kopi spesialti dengan skema direct trade langsung dengan para petani kopi Indonesia.

Dalam kesimpulan pertemuan Webinar, Dubes Prayono menyatakan kegembiraannya atas antusiasme dan sikap pro-aktif kedua belah pihak untuk memanfaatkan setiap peluang untuk bekerjasama. ”Kami mengharapkan agar para pengusaha Indonesia terus aktif mengikuti berbagai pameran dan eksposisi yang sering diselenggarakan di Nordik. Cerita sukses ”My Bali Coffee” di Jerman tentu akan berguna dan dapat diterapkan di negara lain”,” kata Prayono menutup Webinar. (13/10/2020). (red)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *