Cerpen Tiga Paragraf (Pentigraf) (41) ‘M a r i s s a’

tsi taura

TORA mendapat khabar dari Binjai, kota rambutan itu, ibunya sakit berharap penuh agar Tora segera pulang menjenguknya. Pikiran Tora kalut, Jakarta telah menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan larangan mudik. Ke Jakarta harus memiliki Surat Ijin Keluar Masuk (SIKM) Jakarta. Covid-19 semakin banyak memakan korban. Anak-anak Tora masih dalam status belajar jarak jauh. Keamanan lingkungan masih rawan. Mantan-mantan narapidana yang dikeluarkan berdasarkan kebijakan Menteri mengulangi melakukan kejahatan. Marissa, istri Tora menguatkan semangat suaminya. Dia menyarankan agar suaminya memenuhi harapan ibu mertuanya. “Yakinlah, bang, Allah SWT akan melindungi umatNya yang berhati ikhlas, apalagi memenuhi harapan ibu kandung sendiri. Semoga Allah SWT memudahkan perjalanan abang. Tora tertegun, “mulianya hatimu”, Tora bergumam. Segera Tora bergegas ke Bandara lewati jalan-jalan kampung. Akhirnya tanpa kendala tiba juga di Cengkareng. Dengan pesawat Batik Air flight jam 14.00 Wib menuju bandara Kualanamu.

Pesawat delay dua jam, alasan ada kendala teknis. Tora memasuki ruang tunggu keberangkatan. Menjelang tinggal landas Tora mendapat berita ibunya kritis. Gelisahnya tak terbendung, berkali-kali dia istigfar, bayangan buruk tak terhalau jua. Dibukanya tas mengambil notes dan menarikan penanya. Dia menulis puisi, berkali-kali dia gagal menyusun diksi dan larik-larik. Dia terus istigfar, ketenangan mulai mengalir. Di atas udara bergumpal kabut putih, dia menyelesaikan puisi berjudul “Kuserah Segala Raga”. Kepak sayap rindu melepuh, titian putus malam sunyi, kau terbaring lemah menunggu langkah tercecah, itu antara lain bait puisi Tora. Sekitar jam 18.05 Wib, pesawat yang ditumpangi Tora mendarat. Tora dijemput adiknya. Mereka langsung menuju Binjai. Di tengah jalan si adik tak mampu menahan mulutnya, dia memberitahu ibu mereka baru setengah jam yang lalu meninggal dunia. Tora merasa dunia begitu gelap, bibir mengatup menahan kesedihan. Saat dia memberitahu Marissa, rupanya Marissa sudah mendapat kabar. Dan Marissa mengabarkan adik Tora lain ibu bersedia menjaga anak-anak. Marissa menuju Jakarta dengan ditemani tetangganya yang Polwan. Polwan itu lagi off bekerja di Jakarta. Taura hanya bisa berkata, ” hati-hati di jalan.”
Tiba di rumah duka, papan bunga berjejer penuh. Acara tahlilan sedang berlangsung. Tora bergegas masuk ke rumah, di depan pintu dia disambut ayah dan adik-adiknya dengan tangis yang deras. Tora menyingkap penutup muka ibunya dengan doa. “Seperti orang tidur saja tersisa senyum yang menyejuk sukma”, Tora bergumam.
Rapat keluarga segera digelar, menentukan ibunya dimakamkan, jam berapa dishalatkan dan diberangkatkan. Tak ada kendala, semua setuju usul yang diajukan Tora.

Bacaan Lainnya

Jam 10.05 Wib, Marissa tiba di rumah duka dengan gaun serba putih. Adik-adik Tora memeluk erat raganya. Air mata bercucuran dan melihat terakhir kali ibu mertua yang sangat menyayanginya. Pelayat berjubel terutama kaum ibu, melimpah hingga ke sudut pagar. Protokol kesehatan terabaikan, berkali-kali Tora menyerukan agar para pelayat mematuhi anjuran pemerintah. Suara Tora tenggelam. Fardu kifayah pun mulai berlangsung.
Saat sebelum diberangkatkan, protokol membacakan riwayat hidup almarhumah Zahra Sofi. Keturunan bangsawan Pagaruyung, meninggal dalam usia 75 tahun. Bersuamikan Tengku Silau keturunan Kejuruan Bohorok. Meninggalkan sembilan orang putra-putri. Di selah-selah pembacaan riwayat hidup itu, seorang perempuan tua bersenandung kematian. Merinding bulu kuduk mendengarnya, Marissa pingsan dilantak kesedihan yang dalam. Siuman kembali setelah yang bersenandung mengembus ubun-ubun Marissa. Senandung kematian sudah lama ditinggalkan puak melayu, satu dua daerah masih melakukannya.
Prosesi pemakaman berjalan cepat, secepat waktu yang tak terbendung.
“Yang mengubur kemarin, dikubur ini hari, suatu proses yang tak dapat dihindari”, Tora bicara dengan dirinya sendiri.
Makam pun sunyi
Menunggu tamu yang lain. (***)


Bdg, Mei 2006
Tsi Taura

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *