Cerpen Tiga Paragraf (Pentigraf) (05) ‘Pulanglah Nak Pulang’

tsi taura

Oleh: tsi taura

Covid-19 semakin banyak memakan korban. Cuaca tak menentu, hujan dan angin bahkan petir turut mewarnai kecemasan. Segala upaya dilakukan penguasa, berkurung di rumah hingga melarang mudik, pemakaian masker dan mencuci tangan setiap hari didengungkan. Namun grafik covid-19 positif meningkat tajam. Di situasi tak menentu itu emak mengharapkan aku mudik, “kau bukan pegawai negeri, takkan turun pangkat dan gaji dipotong, pulanglah, ini mungkin mudik terakhir kita bersama, apakah kalau kau tidak pulang, di desa kita tidak ada kematian, tidak ada yang sakit, anakku takdir Allah tak ada yang tahu, kawan-kawanmu pada mudik.” Aku terenyuh, tak pernah emak berkata demikian.

Bacaan Lainnya

Oh, malam kemarin aku bermimpi emak berpakaian kebaya di sebuah pesta, cantik mempesona para undangan. Kusapa, ia berpaling. Bayangan emak terus menerpa sunyiku, menggamit seakan memanggilku makan bersama dengannya.
Anak-anakku masih belajar dari rumah, belajar jarak jauh, tak tega meninggalkan mereka dalam situasi bencana nasional non alam ini.
Istriku memberi jalan, “lihatlah dulu emak, mungkin dia sangat rindu pada abang, anak-anak biar aku yang jaga.”

Saran istriku dengan berat hati kulaksanakan. Istriku memberikan semangat agar aku tak ragu melangkah. Dari dulu dia begitu, berhati mulia, memiliki empati yang luhur. Pagar rumah emak tertutup, tak ada yang menyahut panggilanku. Di sisi pagar tersisa papan bunga yg rebah tak terbaca lagi aksaranya. Jantungku berdegup-degup, firasatpun singgah di kepalaku. Lututku goyah tak mampu melangkah, ibu baru saja di makamkan sesudah shalat zuhur tadi. Aku nanar, bumi terasa gelap, tersadar dalam pangkuan adikku. (***)

Bdg, 140420
tsi taura

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *