Brevin Tarigan Gelar Konser ‘Rakut Sitelu’, Kritik Sosial Terhadap Suku Karo

Foto ilustrasi poster 'Rakut Sitelu' (ist)

RAKUT Sitelu adalah sistem kekerabatan dalam suku Karo dan Rakut sitelu adalah bagian penting dalam kehidupan orang Karo. Sebab dalam acara-acara adat suku Karo, peran rakut sitelu sangat diperhitungkan.

Foto ilustrasi 'Rakut Sitelu' konser (ist)
Foto ilustrasi ‘Rakut Sitelu’ konser (ist)

Bersentuhan dengan itu, Brevin Tarigan akan menggelar konser musik bertajuk ‘Rakut Sitelu’, Kamis (4/2/2016) di Taman Budaya Sumatera Utara, Jalan Perintis Kemerdekaan No. 33 Medan. Acara akan digelar tepat jam 20.00 WIB.

Bacaan Lainnya

Konser musik berangkat dari nilai-nilai kearifan lokal, berupaya membaca fenomena kekinian Rakut Sitelu yang tergerus dalam tatanan sosial masyarakat Karo lewat bunyi. Rakut Sitelu adalah salah satu unsur Sangkep Nggeluh (keutuhan hidup seseorang) yang menjabarkan tentang sistem kekerabatan dalam adat istiadat masyarakat Karo, yaitu Kalimbubu, Sukut, dan Anak Beru.

Rakut adalah ikatan, si adalah kata penghubung yang, sedangkan Telu adalah Tiga (Darwin Prinst, 2006). Jadi Rakut Sitelu adalah tiga ikatan yang membentuk sebuah sistem tatanan sosial masyarakat Karo. Sistem ini membuat masyarakat etnis Karo terikat satu dengan lainnya, saling memiliki dan saling menghormati.

Kalimbubu menjadi Dibata ni idah atau Tuhan yang tampak yang harus dihormati dan dihargai karena dalam keyakinan masyarakat Karo, Kalimbubu menjadi wakil Dibata di bumi dan pemberi dareh/ tendi (jiwa atau roh) kepada seseorang.

Sedangkan Anak Beru menjadi pelayan atau pihak yang mengerjakan pekerjaan sukut dalam upacara adat maupun ritual dan Sukut adalah pihak tuan rumah dalam suatu upacara adat istiadat maupun ritual.

Dalam sistem Rakut Sitelu ketiga posisi itu akan berputar secara bergantian sehingga tidak ada kasta pada masyarakat etnis Karo.

DISTORSI

Brevin Tarigan, musisi muda tradisi Karo yang kini sedang menyelesaikan program pasca sarjananya di Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta membaca adanya distorsi makna Rakut Sitelu dalam praktek adat istiadat di masyarakat Karo sendiri.

Kegelisahan budaya menggerakkan energi kreatif Brevin untuk melakukan kritik sosial terhadap etnis Karo yang memposisikan Rakut Sitelu hanya bersifat artifisial dalam kehidupan sehari-hari.

Kalimbubu, Anak Beru, Senina atau Sembuyak tidak pada posisinya lagi karena diintimidasi oleh seseorang yang memiliki jabatan dan terpandang secara ekonomi.

Adat istiadat digusur oleh pemilik modal yang menciptakan kelas-kelas sosial dalam masyarakat Karo.

Fenomena tersebut diterjemahkan oleh Brevin melalui idiom bunyi bersumber dari filosofi masyarakat Karo dengan sumber bunyi dan rhitemnya dari musik tradisi Karo, disajikan dalam format seni pertunjukan.

Gagasan Brevin Tarigan menggelar konser musik ini untuk Menggali nilai-nilai kearifan lokal yang ada di dalam sistem Rakut Sitelu melalui peristiwa musikal.

Sebagai inovasi dalam penciptaan karya musik yang bersumber dari sistem kekerabatan agar generasi muda teredukasi untuk mempelajari lebih dalam warisan budaya para leluhurnya.

Bagi masyarakat Sumatera Utara yang ingin mengapresiasi pertunjukan musik ini tidak diwajibkan membayar tiket masuk.

Panitia penyelenggara hanya berharap donasi seikhlasnya sebagai bentuk penghargaan terhadap pekarya muda yang sangat mencintai karya seni tradisi warisan leluhurnya. (jak/gr)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *