(79) Cerpen Mini (Cermin)
‘Perempuan Di Bawah Rambung (2)’

tsi taura

KETIKA Marissa membuka pintu rumah karena terdengar suara bel yang panjang, ia kaget bukan kepalang. Tora bersama perempuan yang sama sekali tak dikenalnya. Dia tak menduga yang tidak-tidak, melempar senyum yang biasa ia berikan jika suaminya pulang.

Perempuan itu seperti tertahan di depan pintu, wajahnya lesu dan rambutnya kusut. Sebagai wanita normal kecemburuannya mengalir karena perempuan itu mempesona, mampu membuat lelaki bertekuk lutut. Sekejap saja, dia akan mampu menghapus ketidaksetiaan suaminya.

Bacaan Lainnya

Tora nyelonong begitu saja masuk ke dalam rumah. Siapapun dia, Marissa menghormatinya sebagai tamu. “Ayo masuk dik”, kata Marissa sambil memegang tangan perempuan itu. Perempuan itu dengan teramat sungkan mengikuti langkah Marissa. Tora menuju toilet, ia kebelet buang air kecil.

Marissa mengajak perempuan tersebut duduk di ruang tengah. Tora muncul dan duduk bareng dengan mereka.
“Perempuan ini abang temukan di bawah rambung ketika abang melintasi pinggiran jalan dusun Sukaraja. Kondisinya labil. Dia hanya ingat rumah di Jakarta, abang sudah ke rumahnya. Tak tega abang meninggalkan dia seorang di rumah itu.”

Marissa terenyuh, empatinya mencair. Dia bawa perempuan itu ke kamar tamu dan rehat di situ. Tora brrdesis, ” mulianya hatimu Rissa”.

“Siapa namanya bang? Dari mana asalnya.”
“Dia hanya mengingat deru air yang gemuruh.”
“Alzheimer?”, tanya Marissa.
“Entahlah, tugas kita mencarikan psikolog. Tapi abang mulai tahu siapa dia. Ayo kita tidur, abang ngantuk berat. Besok abang ceritakan petunjuk tentang siapa dia yang sebenarnya.”
Marissa manut.

Marissa tertidur lelap, Tora tak bisa tidur, dibolak-baliknya tubuhnya, mata tak terlelap juga. Tiba-tiba dia ingat sesuatu, diambilnya dengan mengendap-endap ia keluar kamar menuju ruang tengah. Dua lukisan kecil ia turunkan dan menggantikannya dengan bingkai foto, lukisan itu dia simpan di laci lemari buku. Ia kembali ke kamar merebah badan yang penat. Kali ini ia tertidur pulas. Azan subuh tak terdengarnya lagi.

Perempuan itu sebelum azan subuh sudah keluar kamar membersihkan tubuhnya. Dia merasa segar, ingatannya berangsur pulih.

Marissa berkali-kali membangunkan suaminya untuk shalat subuh. Seakan Tora tak mendengar suara Marissa. Ia seperti dalam taman yang indah.

Ketika Marissa keluar kamar, ia kaget di meja makan telah terhidang sarapan pagi dan beberapa gelas teh manis panas. Ia mencari perempuan itu ke dapur, tak ada siapa-siapa di sana. Ia mengetuk pintu kamar, tak ada sautan. Dia buka kamar tersebut, perempuan itu sedang menengadah di atas sajadah, berdoa.

Marissa tertegun “bagaimana dia shalat dan berdoa kalau benar dia menderita alzheimer? Akh, Allah maha penolong, membuka hati dan pikiran manusia, Marissa membatin.”

Marissa menutup kembali pintu kamar tersebut. Dia duduk di ruang tengah. Tiba-tiba seperti digerakkan ia memandang ke dinding, ia melihat dua bingkai foto. Ia bangkit mendekatinya.
Matanya tertuju pada bingkai foto perempuan itu dengan lelaki tua yang sangat dikenalnya. Saat itu pula perempuan tak diketahui namanya itu keluar kamar. “Sudah lama kakak bangun? Maaf sarapan sudah saya siapkan”, kata perempuan itu.

Marissa tak menjawab pertanyaan perempuan itu, dia mengajaknya berdiri di sisinya.
“Ini fotomu dan lelaki tua ini ayahmu?”, tanya Marissa.
Pelan-pelan ingatan perempuan itu pulih. Dia beristigfar, “ya Allah, ini foto kenapa ada di sini kak?”, tanya perempuan itu.

“Kakakpun tak tahu, mungkin suami kakak tahu, kita tunggu dia bangun ya…”.
Perempuan itu mengangguk dan spontan memeluk tubuh Marissa. Dia menangis, meratap kecil. (*)

Binjai, 270820,

tsi taura

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *