Antologi Puisi Anto Narasoma ‘Di Bias Cahaya Matamu’

Foto: Anto Narasoma. (ist)

TERBITNYA antologi puisi Anto Narasoma, satu tanda bahwa dunia sastra Indonesia kembali disemarakkan dengan karya-karya puisi berkualitas.

Kritikus sastra Indonesia, Maman S Mahayana, mengatakan perjuangan seorang Anto Narasoma dalam dunia sastra, terutama puisi begitu lelah dan “berdarah-darah”. Dari start awal di dekade 1980-an, ia dan Anwar Putra Bayu berkecimpung dalam berbagai masalah yang ia renangi, maka tak heran apabila kekuatan esteika yang mumcul patut diberi apresiasi.

Bacaan Lainnya
Foto: Antologi Puisi Anto Narasoma (ist)

“Saya sangat bergembira ikut menikmati antologi bertajuk “Di Bias Cahaya Matamu”. Ini memperihatkan konsistensi sikap kepenyairan seorang Anto Narasoma yang meneropong segala masalah di zamannya. Dengan begitu, antologi hadir menjelaskan eksistensi zamannya,” tukas Maman.

Sementara itu, penyair Isbedy Stiawan ZS begitu bangga atas terbitnya antologj Anto Narasoma ini. Sebab dimilai dari perjuangannya yang panjang, nilai-nilai estikanya patut diberi apresiasi.

“Eksistensi Anto Narasoma yang sudah teruji sejak dekade 1980-an, memang pantas kita apresiasi,” ujar Isbedy.

Penyair Anwar Putra Bayu pun ikut bangga atas terbitnya puisi-puisi Anto Narasoma dalam kumpulan “Di Bias Cahaya Matamu” ini.

Ini pertanda nilai-nilai yang dipetik Anto selama berkarir di dunia sastra puisi, merupakan kepatuhannya menapak kata-kata estetis sebagai kekuatan daya citanya. “Selamat untuk Anto Narasoma, sahabatku. Jangan berhenti berkarya,” tukas Bayu. (abror vandozer)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *