Tahayul Merdeka Lewat Bambu Runcing (2)

Foto: Inilah prangko yang digunakan 3 negara saat revolusi. Prangko Belanda dicoret Jepang saat Jepang masuk lalu dibubuhi stempel huruf Jepang pertanda korespondensi di sini di bawah kendali kekuasaan Jepang. Setelah proklamasi para pejuang di kantor pos memakai prangko ini dengan menambahkan stempel Republik Indonesia. Tapi para pejuang di kantor pos ini hilang dalam narasi besar sejarah peringatan dirgahayu Republik Indonesia. (ist)

Perjuangan Kemerdekaan RI Diatas Coretan Prangko Belanda dan Jepang

Oleh. Ichwan Azhari

Bacaan Lainnya

BAMBU runcing tidak bisa di buktikan di Sumatera Utara pernah digunakan di mana, tanggal berapa, dalam pertempuran apa, oleh siapa melawan siapa? Tapi tetap disebut-sebut, tugunyapun dibuatkan dalam rangka pengukuhan tahayul bambu runcing itu. Para pejuang saat itu bertempur lewat senjata moderen yang berlimpah ruah gratis. Biografi para pejuang sebutkan, di Sumut bahkan mereka bingung bawa senjata Jepang sakin banyaknya melimpah.

Foto: Inilah prangko yang digunakan 3 negara saat revolusi. Prangko Belanda dicoret Jepang saat Jepang masuk lalu dibubuhi stempel huruf Jepang pertanda korespondensi di sini di bawah kendali kekuasaan Jepang. Setelah proklamasi para pejuang di kantor pos memakai prangko ini dengan menambahkan stempel Republik Indonesia. Tapi para pejuang di kantor pos ini hilang dalam narasi besar sejarah peringatan dirgahayu Republik Indonesia. (ist)
Foto: Inilah prangko yang digunakan 3 negara saat revolusi. Prangko Belanda dicoret Jepang saat Jepang masuk lalu dibubuhi stempel huruf Jepang pertanda korespondensi di sini di bawah kendali kekuasaan Jepang. Setelah proklamasi para pejuang di kantor pos memakai prangko ini dengan menambahkan stempel Republik Indonesia. Tapi para pejuang di kantor pos ini hilang dalam narasi besar sejarah peringatan dirgahayu Republik Indonesia. (ist)

Sedih sekali anak anak didik kita harus percaya bambu runcing, senjata sangat terbelakang itu digunakan melawan pemenang perang dunia ke 2. Para leluhur saja senjatanya sudah canggih, keris, rencong, pedang, klewang, kok, dimundurkan pakai bambu prasejarah.

Berita proklamasi, apa itu merdeka, kenapa harus merdeka, bagaimana semangat nasion mulai dipupuk tumbuh kembangkan, bagaimana negara baru itu dibentuk dan dijalankan, itu tidak bisa lewat senjata. Gagasan tentang kemerdekaan adalah berita pikiran. Saat inilah radio, prangko/surat, uang, radio, telegram serta koran berperan sangat penting sebagai pemersatu ke Indonesian yang nyata, saat mereka yang memanggul senjata sembunyi di tempat terpencil di hutan dan gunung gunung.

Prangko yang bisa dianologikan seperti pulsa saat ini, pada masa 1945 -1949 bagaikan virus penyebar ide kemerdekaan yang sangat heroik melewati batas kota yang diblokade, pindah dari satu kantor pos ke kantor pos yang lain, dari satu pemimpin ke kepimimpin yang lain, untuk mengkonsolidasikan ruang dan imajinasi yang harus dibentuk pasca proklamasi.

Ketika RI, negara baru yang masih miskin itu belum bisa buat prangko sendiri, maka prangko Belanda dan Jepang di kantor-kantor pos direbut dan di stempel ala kadarnya “Republik Indonesia” atau “Rep.Indonesia”, pertanda proklamasi bahwa: “negara ente sudah tidak ada, sekarang ada negara kami Indonesia, tapi maaf pinjam dulu prangko ente”.

Jepang juga dulu melakukan itu, menggunakan prangko Belanda dicoret dan dibubuhi stempel Jepang. Ironinya juga terjadi, prangko Belanda yang sudah dstempel Jepang kemudian distempel lagi oleh para pejuang Indonesia di kantor pos yang menegakkan republik Indonesia dengan caranya. Prangko jenis ini dalam dunia filateli dinamakan prangko cetak tindih. Tidak lama kemudian barulah para pejuang Indonesia di kantor kantor pos bisa mencetak sendiri dengan sederhana prangko-prangko asli Indonesia.

Prangko Belanda yang dicoret dan distempel Jepang lalu dicoret dan di stempel lagi oleh republik Indonesia, merupakan prangko-prangko yang sangat mengharukan saat mendirikan republik ini. Satu prangko digunakan 3 negara. Sekarang prangko ini diburu kolektor di dunia filateli dan ada yang harganya mencapai 70 juta rupiah satu keping.

Para pejuang Indonesia di kantor-kantor pos ini tidak bawa senjata kecuali prangko, stempel, sepeda, menyusuri dan menerobos blokade musuh membawa amanat dan citra bangsa merdeka . Sedihnya, gara-gara tidak tembak menembak itu, nama dan kejuangannya tak disebut dalam narasi sejarah Indonesia. (ia/gr)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *