Sinari Rumahmu Dengan Al-Quran

Mahyuddin Lubis (Malubi)

  Oleh. Malubi

“Sesungguhnya, rumah yang dibacakan di dalamnya Al-Quran, maka rumah tersebut akan terlihat oleh para penduduk langit sebagaimana terlihatnya bintang-bintang oleh penduduk bumi. “(HR. Ahmad)

Bacaan Lainnya

Saya teringat masa kecil di kampung tahun enam puluhan. Di rumah-rumah yang saat itu penerangan hanya ada lampu sentir (tidak ada lampu patromax, apalagi listrik. Lampu semprong di dinding itu sudah hebat. Ia hanya akan dinyalakan bila ada tamu-tamu penting datang). Tapi suasana itu menjadikan ingatan yang sampai hari ini membumi di hati. Betapa tidak, antara Magrib ke Isya di dalam rumah-rumah yang hanya diterangi lampu sentir itu melantun suara anak-anak mengaji. Mulai dari mengeja alip-alip (alip date a – alip bawah I – alip dopen u, a-i-u / ba date ba – ba bawah bi – ba dopen bu, ba-bi-bu / ta date ta – ta bawah ti – ta dopen tu, ta-ti-tu), dan ayat-ayat al-quran menghiasi kegelapan malam kampung.

Tak ada anak-anak berkeliaran di luar rumah. Sungguh sangat beda dengan situasi saat ini, perbedaan yang begitu jauh antara langit dengan bumi. Justru disaat rumah-rumah terang benderang hari ini dengan bola-bola listrik  berbagai ukuran, anak-anak bebas bermain di luar rumah dan sangatlah sunyinya terdengar lantunan ayat-ayat suci. Yang terdengar justru suara-suara televisi, atau para anggota keluarga yang disibukkan HP masing-masing di tangan. Duduk berdekatan tapi sunyi sapa. Semua asyik dengan dunia HP-nya.

Sesuatu yang miris. Seharusnya bila jaman lampu sentir itu orang menghiasi rumahnya dengan lantunan ayat-ayat suci Al-Quran, justru di jaman teknologi sekarang kecintaan orang untuk membaca dan mempelajari Al-Quran itu lebih hebat, karena cahaya dari listrik yang cukup menerangi dan bahkan mudahnya sekarang cara-cara mempelajari Al-Quran.

Hadits di atas mengingatkan  betapa pentingnya menghiasi rumah kita dengan lantunan ayat-ayat suci Al-Quran. Sungguh yang menerangi rumah-rumah tu bukanlah terangnya cahaya dalam ruangan demi ruangan, tapi seberapa banyaknya rutintas lantunan ayat-ayat suci Al-Quran di dalamnya.

Sebaliknya Rasulullah Saw juga mengingatkan bahwa kalau mau melihat rumah- rumah yang gelap gulta seperti kuburan, pergilah ke rumah-rumah yang di dalam rumah itu tak dibacakan Al-Quran.

Sungguhlah Al-Quran itu sebagai penerang. Bukan hanya menerangi indahnya rumah saja, tapi ia juga mererangi hati baik yang membacanya maupun yang mendengarnya. Al-Quran mampu menerangi hati yang galau, hati yang risau atau hati yang berkecamuk. Bacalah Al-Quran niscaya engkau terhindar dari pikun. Bacalah Al-Quran yang akan menerangi jalanmu.

Yang sangat dikhawatirkan, bila seseorang lebih mencintai sesuatu dari Al-Quran, pada saat gorghoroh (detik-detik perpisahan ruh dengan tubuh) maka yang muncul adalah apa yang ia cintai selama ini. Bila ia lebih mencintai musik, maka suara-suara musik itulah yang didengarnya ketika itu, sementara sebaliknya kalau hobbinya membaca Al-Quran, maka suara lantunan ayat-ayat itulah yang ia dengar. Ini yang kita harapkan di saat-saat terakhir meninggalkan dunia ini. Dan Al-Quran itu akan menjadi benteng dan penerang baginya di alam kubur yang sangat gelap itu.

Yok, sebelum terlambat, hiasi rumah, hiasi hati dengan setiap hari membaca Al-Quran. Jadikan Al-Quran sebagai tuntunan dan sisihkan waktu setiap hari untuk Al-Quran. (***)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *