Penyerahan Kain Adat Gayo Kepada Jaksa Agung

Foto: Penyerahan Kain Adat Gayo kepada Jaksa Agung. (ist)

JAKARTA – Peringatan HUT ke 59 Adhiyaksa Kejaksaan Agung RI dimeriahkan dengan pertunjukan Tari Aceh Ratoh Jaroe dan penyerahan kain adat Gayo “Upuh Ulen-Ulen” kepada Jaksa Agung HM. Prasetyo dan istri.

Peringatan HUT Adhiyaksa berlangsung di Lapangan Badan Diklat Kejaksaan Agung, Ragunan, Jakarta Selatan, (Senin 22/7/2019). Upacara peringatan dipimpin langsung oleh Jaksa Agung HM. Prasetyo.

Bacaan Lainnya

Ketua Panitia HUT Adhiyaksa yang juga Jamwas Kejagung, Muhammad Yusni, SH, MH, mengatakan, peringatan HUT Adhiyaksa tahun ini diisi dengan berbagai acara, dan puncaknya adalah upacara HUT Adhiyaksa di Badan Diklat Kejagung.

“Alhamdulillah semua berjalan lancar dan baik. Termasuk persembahan Tari Ratoh Jaroe dan penyerahan kain adat Gayo kepada Pak Jaksa Agung dan ibu, berlangsung dengan baik,” kata Muhammad Yusni.

Tari Ratoh Jaroe dimainkan oleh 200 penari, berasal dari siswa sembilan sekolah di Jakarta dan sekitarnya, yakni; SMAN 54 Jakarta, MAN 14 Jakarta, SMAN 12 Tangsel, SMKN 57 Jakarta, SMAN 11 Tangsel, MAN 6 Jakarta, SMK YADIKA 6, SMPI AL AZHAR 8 Bekasi, SMA ISLAM AL MARUF Jakarta.

Persembahan Ratoh Jaroe ditata oleh Dekgam Yusri Saleh dari Rumoh Budaya.

Pertunjukan Ratoh Jaroe dikolaborasikan dengan pembacaan puisi penyair Fikar W.Eda yang merefleksikan keragaman budaya Aceh.

Sebagai bagian dari prosesi pertunjukan, juga diserahkan dua kain adat Gayo “Upuh Ulen-Ulen” kepada Jaksa Agung HM. Prasetyo dan istri. Penyerahan dilakukan Ajli, penari Sanggar Pegayon, dan penyair Fikar W.Eda diiringi tiupan suling oleh Riyal.

Fikar W Eda yang menyerahkan kain adat Gayo kepada Jaksa Agung

Dekgam dan Ajli mengatakan, bangga bisa ikut ambil bagian dalam peringatan HUT Adhiyaksa ini. “Kami harapkan, yang kami persembahkan bisa menambah kemeriahan dan kemaknaan HUT Adhiyaksa.

Ratoh Jaroe adalah tarian yang memperlihatkan gerak dinamis, harmonis dan atraktif. Tarian ini merupakan simbol dari rasa kebersamaan, penghormatan dan juga keindahan.

Sedangkan kain adat Gayo “Upuh Ulen-Ulen” merupakan bentuk penghargaan dan kemuliaan dan lambang persaudaraan. “Kain adat Gayo ini salah satu cara memulian tamu-tamu terhormat,” kata Ajli.(**/gr)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *