Pameran Seni Rupa Karya Guru Seni Budaya 2016 “ALUR”25 April – 6 Mei 2016

Foto: Salah satu lukisan yang akan dipamerkan. (ist)

KEMENTERIAN Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan— siap menggelar Pameran Seni Rupa Karya Guru Seni Budaya 2016. Pameran ini merupakan penyelenggaraan yang kedua, setelah sebelumnya pameran bertajuk “Guru Seni Berlari”, diselenggarakan pada tahun 2014 dengan melibatkan 111 peserta yang merupakan para guru seni budaya tingkat SMP, SMA/SMK atau sederajat se–Indonesia.

Pada 2016 ini, sekaligus dalam momen memperingati Hari Pendidikan Nasional, pameran serupa kembali digelar dengan mengusung tajuk “ALUR”. Perhelatan ini akan dilangsungkan pada 25 April – 6 Mei 2016, di Plaza Insan Berprestasi Gedung Ki Hadjar Dewantara (Gedung A) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Ini merupakan terobosan baru dalam memanfaatkan ruang-ruang serbaguna di komplek Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, sebagai ruang edukasi dan apresiasi seni yang menyajikan agenda seni dan budaya, yang dapat diakses oleh publik luas.

Bacaan Lainnya

Konsep “ALUR” yang dirumuskan tim Kurator yaitu Suwarno Wisetrotomo dan Citra Smara Dewi, merupakan jalur yang diciptakan dengan penuh kesadaran. Dengan kata lain, “Alur adalah jalur atau jalan profesi yang dibangun dengan terstruktur, sadar, dan perlu diperjuangkan untuk meraih keberhasilan.

Foto: Salah satu lukisan yang akan dipamerkan. (ist)
Foto: Salah satu lukisan yang akan dipamerkan. (ist)

Guru seni budaya, dengan tugas mengajar dan tugas-tugas administrasi lainnya, diandaikan tetap memiliki komitmen mengembangkan bakat seni rupanya hingga mencapai taraf profesional,” ungkap Suwarno. Dengan pencapaian semacam itu, maka diharapkan berdampak positif bagi peserta didik. Para peserta didik tidak saja mendapatkan pengetahuan dan pengalaman berkreasi seni, tetapi juga memiliki rasa bangga terhadap gurunya yang berprestasi. Pameran ini ingin melihat kreativitas guru seni budaya tingkat SMP, SMA/SMK atau sederajat se–Indonesia sebagai insan (sosok) yang memiliki kekuatan mendorong tumbuhnya kesadaran pentingnya pendidikan dan apresiasi seni pada siswa/peserta didik, sekaligus menjadi bagian penting dari terjaganya ekosistem budaya setempat.

Merespon konsep tersebut, tercatat sebanyak 333 karya peserta yang berasal dari 213 sekolah di 25 provinsi di Indonesia telah mendaftar. Setelah melalui proses seleksi oleh tim kurator Galeri Nasional Indonesia, terpilih sebanyak 65 karya dengan berbagai pendekatan material, media, dan teknik, meliputi lukisan, patung, instalasi, objek, komik, keramik, grafis, drawing, batik, dan media pembelajaran. Karya terpilih merupakan hasil olah cipta 65 peserta dari 60 sekolah di 17 provinsi di Indonesia.

Karya-karya tersebut dilihat dari segi tema, dipaparkan Citra didominasi kritik sosial. Ada yang menerjemahkan kritik sosial melalui simbolisasi tokoh-tokoh pewayangan, ada pula yang memilih pendekatan teknik lukis super realis yang prima. Pameran ini semakin berbobot dengan adanya upaya beberapa guru yang melakukan eksplorasi media, juga keterampilan menggambar dengan menggunakan ballpoint atau tinta cina. Berbagai latar belakang budaya, sosial, dan geografi para peserta menjadi kekuatan masing-masing karya.

“Meskipun salah satu indikator proses seleksi pameran ini adalah capaian hasil akhir karya, tapi tentunya kurang bijak menggeneralisir kemampuan teknik seorang guru dari satu wilayah dengan wilayah lain. Setidaknya kesempatan mendapatkan akses dan informasi tentang perkembangan seni rupa juga sangat mempengaruhi keterampilan seorang guru dari satu wilayah,” ungkap Citra.

Keterampilan guru seni budaya memang perlu untuk terus diperbarui sesuai dengan situasi terkini, sehingga dapat ditularkan pada anak didiknya. Dalam berbagai kesempatan dituturkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan, guru seni melatih anak untuk menjadi pemikir, bukan penghapal, memang pendidikan kesenian ini manfaatnya tidak selalu dirasakan langsung oleh anak didiknya. Oleh sebab itu, pendidikan seni memiliki proyeksi jangka panjang yang berpotensi memunculkan generasi unggul. Guru seni juga melatih anak untuk berkreasi tanpa paksaan dan memiliki keberanian mengambil resiko, sehingga diharapkan dapat melahirkan karya terbaru dan kreatif.

Dengan menggelar Pameran Seni Rupa Karya Guru Seni Budaya 2016, Kepala Galeri Nasional Indonesia, Tubagus ‘Andre’ Sukmana, berharap perhelatan ini dapat menjadi alur yang mengantarkan para guru seni budaya Indonesia untuk mengembangkan diri dan kreativitas serta kompetensinya sebagai seorang pengajar seni budaya, sekaligus menjadi semacam tolak ukur bagi para pengajar seni budaya untuk menunjukkan eksistensinya dalam profesi ganda, yaitu sebagai pengajar dan perupa. Selain itu, perhelatan ini juga diharapkan mampu menginspirasi serta memotivasi para pengajar seni budaya dan para siswa untuk menciptakan karya yang berkualitas.

“Kepada para pemangku kepentingan di bidang pendidikan dan kebudayaan, serta masyarakat luas yang berkesempatan mengapresiasi pameran ini diharapkan mampu memberi penilaian positif serta menyerap nilai-nilai estetik dan edukatif yang disuguhkan, sehingga pagelaran ini menjadi media bagi kita semua untuk menjadi apresiator seni yang hebat,” papar Andre. (gni/gr)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *