‘Kacapi Maung Nagara’ Keluar Dari Museum Sri Baduga Bandung

Foto: Kacapi Naga Maung-Kacapi Maung Nagara. (ist)

Bupati Sumedang Eka Setiawan berharap  ‘Kacapi Naga Maung-Kacapi Maung Nagara’tetap di Sumedang, tidak berada di Museum Sri Baduga lagi
SUMEDANG – Setelah beberapa tahun dititipkan di Museum Sri Baduga Bandung, ‘Kacapi Naga Maung-Kacapi Maung Nagara’ dipangelarkan di Alun-Alun Sumedang, Minggu (21/5/2017) malam.

Pagelaran ini diinisiasi oleh budayawan dan Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga (Disparbudpora) Kabupaten Sumedang, menjadi magnit bagi bagi masyarakat Sumedang.

Bacaan Lainnya

Bupati Sumedang Eka Setiawan mengatakan, pagelaran ‘Kacapi Naga Maung-Kacapi Maung Nagara’ sangat dinantikan oleh masyarakat Sumedang, dan pagelaran itu tidak lain sebagai bentuk keinginan masyarakat Sumedang mempertahankan seni tersebut.

“Ini adalah salah satu seni yang harus dilestarikan oleh Pemerintah Kabupaten Sumedang dan kebanggan masyarakat Sumedang sebab, keberadaan ‘Kacapi Naga Maung-Kacapi Maung Nagara’ sudah beberapa tahun dititipkan di Museum Sri Baduga Bandung,” katanya.

Eka mengatakan, selain harapan masyarakat Sumedang, dirinyapun berkeinginan keberadaan Kacapi Naga Maung-Kacapi Maung Nagara tetap di Sumedang, tidak berada di Museum Sri Baduga lagi.

Ia juga telah mengintruksikan melalui Dinas Parawisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga (Disparbudpora) Kabupaten Sumedang agar melakukan komunikasi dengan pihak terkait membahas bagaimana Kacapi tersebut kembali ke Sumedang.

“Mudah-mudahan keinginan masyarakat Sumedang bisa terwujud, itu kan aset warga Sumedang. Nantinya, Kacapi itu bisa di simpan di mana saja, seperti di Gedung Negara, Kantor Induk Pusat Pemerintahan (IPP), ataupun di Museum Sumedang,” katanya.

Kepala Disparbudpora Kabupaten Sumedang, Endah Kusyaman menuturkan, maha karya Ki Petir -seorang warga Kecamatan Paseh itu, sangat diapresiasi oleh masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Sumedang. Sebab, Kacapi tersebut diciptakan penuh dengan isyarat dan makna budaya leluhur Sunda.

“Bentuknya yang khas, memiliki dua kepala berbeda, yakni satu kepala Naga dan kepala Maung (Harimau-red), dengan panjang 6 meter, berat 5 kuintal, berwarna kuning emas yang terbuat dari kayu jati. Ini akan menjadi aset masyarakat Sumedang,” katanya.

Ia mengatakan, sesuai arahan Bupati, pihaknya telah berkomunikasi dan melayangkan surat kepada pihak Museum Sribaduga Bandung guna meminta kembali Kacapi Naga Maung tersebut. (rri/gr)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *