Sedekah Desa Punden Balong Besuk, Setiap Warga 1 Tumpeng

Foto: Rangkaian kegiatan pawai beserta pagelaran wayang kulit. (ars)

Rangkaian kegiatan dimulai hari rabu tahlilan bersama disertai pagelaran seni wayang kulit yang dilakukan di punden

JOMBANG – Dalam rangka sedekah Desa, di Desa Balong Besuk, kecamatan Diwek, Jombang, pemerintah desa, muspika, beserta jajarannya dengan seluruh warga masyarakat menggelar acara ruwat punden (merawat prasasti bersejarah-red) digelar dengan sajian wayang kulit, serta pengajian umum.

Bacaan Lainnya

Aripin salah satu perangkat desa yang juga sebagai panitia penyelenggara ruwatan punden, ini menuturkan bahwa berbagai acara budaya dilaksanakan, termasuk yang paling menarik merupakan sajian tumpeng yang wajib 1 orang, 1 tumpeng dengan menu ayam panggang jawa.

“Rangkaian kegiatan dimulai hari rabu tahlilan bersama disertai pagelaran seni wayang kulit yang dilakukan di punden. Dilanjutkan kamis pagi dengan, kirap budaya dari balai desa menuju punden dengan menggunakan iringan musik patrol dipadukan dengan drum band, yang diiringi para pemerintah desa, dengan memakai pakaian lurik lengkap, sembari membawa tumpeng ayam panggang, setiap warga dan harus ayam panggang ayam jowo,” paparnya, Sabtu (24/9/2016).

Masih menurut aripin,”Bukan hanya itu, para pimpinan kecamatan juga turut ambil bagian, dengan naik dokar mereka turut mengawal tumpeng, menggunakan pakaian kebesaran ala tempo dulu,” ungkapnya.

“Tepat pukul 11.00 WIB, ruwatan dilakukan oleh dalang, serta berdoa sebelum tumpeng ayam panggang di makan bersama-sama seluruh masyarakat, maupun tamu yang hadir dalam acara ruwatan punden. Acara selanjutnya yakni pukul 17:00 WIB, diadakan pengajian umum, dengan pembicara Gus Gendeng dari Kediri,” tegasnya.

Meskipun ada sedikit perbedaan sudut pandang sebelumnya antara warga, yang setuju dengan ruwatan dan menolak ruwatan, akhirnya acara ruwatan punden dalam acara sedekah Desa yang menjadi agenda tiap tahun tetap diselenggarakan dengan kemasan religi, serta memegang teguh nilai-nilai budaya lokal.

“Memang ada pro kontra, namun dengan semangat kebersamaan melestarikan budaya lokal, akhirnya acara sedekah desa dengan nuansa religi, tetap diselenggarakan dan berjalan dengan khitmad,” tegasnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *