Peserta IAF Telusuri Alam dan Budaya Pulau Sumba

oleh -1,502 views
Foto ilustrasi: Rumah Tradisional Sumba, NTT (ist)

SUMBA- Sebanyak 60 peserta Indonesia Adventure Festival (IAF) diajak berpetualang menelusuri alam dan budaya Pulau Sumba, 14-19 November 2017. Selama enam hari peserta disuguhkan pesona keindahan alam dan seni budaya pulau yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

“Kami berikan ke mereka paket wisata dengan tagline Jelajah Tanahumba,” ujar Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya Sumba Timur Maramba Meha.

Kata Maramba, dalam agenda tersebut wisatawan dan peserta diajak berkeliling ke pantai, air terjun, padang sabana, melihat upacara adat, pembuatan kain tenun tradisional, bersantap hidangan khas Sumba, camping di pandang sabana satu hari dan menginap di hotel malam terakhir.

“Dan ada yang spesial adalah dan para peserta dan wisatawan diajak tinggal bersama penduduk di rumah adat selama tiga hari,” ujar Maramba Meha.

Peserta dibagi dalam tiga tim yakni adventure, culture dan fotografi. Terdiri dari blogger, fotografer, media dan pelaku pariwisata lainnya. Mereka berpetualang menjelajahi empat kabupaten yang ada di Sumba, mulai dari Sumba Barat Daya, Sumba Tengah, Sumba Barat hingga Sumba Timur.

“Setiap hari mereka ada yang berpencar, ada yang menikmati bersama. Tapi malamnya akan kembali kumpul dalam satu titik, semuanya akan mengexplore Sumba,” katanya.

Dijelaskan Yudi Umbu T.T.Rawambaku, Kepala seksi Analisi Data Pasar Pariwisata Sumba Timur, dengan mengambil tema Jelajah Tanahumba, pada hari pertama peserta langsung menuju rumah budaya di Sumba Barat Daya.

Kemudian bersama-sama melakukan visit ke Sumba Hospitality School. Kemudian sorenya, mereka bersama menikmati Sunset di Pantai Menangah Aba dan malamnya menikmati Wellcome Ceremony yang disambut langsung Kadispar Sumba Barat Daya, Christofel Horo. “Hari kedua, seluruh peserta hunting ke Situs Kampung Wainyapu,” ujar Yudi.

Ini adalah sebuah kampung dengan rumah adat (Uma Kalada) yang masih asli berjumlah 60 unit rumah dan terpelihara dengan baik.

Kampung adat ini memiliki daya tarik karena keaslian rumah adat dan batu-batu kubur megalit yang unik sebanyak 1.058 buah, serta prilaku hidup masyarakat yang terus mempertahankan adat istiadat kuno dan tradisi Marapu.

Setelah itu tim adventure dan fotografi melanjutkan ke Bawana. Sorenya, titik kumpul di Kampung Weetabar.

“Di kampung ini sedang dibangun beberapa rumah kampung tarung dalam menghadapi ritual podu. Peserta menginap disini, kami yakin mereka akan terpesona semua,” katanya.

Keesokan harinya, peserta adventure akan hunting ke air terjun lapopu, air terjun tertinggi di Nusa Tenggara Timur (NTT).

“Tapi tim culture dan fotografer tetap di kampung tarung untuk lihat ritual kampung tarung marapu,” ujarnya.

Malamnya, wisatawan akan kemping di Padang Savana Mamboro, tepatnya di kecamatan mamboro. “Mereka mengelilingi api unggun dan diiringi lagu ethnic dengan musik jungga dan beberapa tarian, seperti tari kataga,” ujarnya.

Dihari keempat peserta akan menikmati matahari terbit di pantai Sunrise. “Setelah itu ada atraksi pacuan kuda di pantai dan kemudian menuju Sumba Timur melewati pantai utara,” katanya.

Dari tengah ke Timur lebih petualangan, tim adventure menyusuri Air terjun Tanggedu, yang layaknya Grand Canyon. Tim fotohgrafer eksplore di Puru Kambera, berburu foto di pemandangan pegunungan savana dengan puluhan kuda liar maupun hewan lainnya.

Sedangkan tim culture mengunjungi Kampung Adat Wunga, kampung pertama dan tertua di Sumba Timur yang didirikan oleh nenek moyang orang sumba yang berasal dari Malaka Tanabara. Disini dapat ditemukan rumah-rumah adat Sumba, tenun ikat dan kuburan batu.

“Sorenya, seluruh tim bergabung menikmati sunset di pantai walakiri dan berangkat ke kampung Pau Umabara untuk bermalam di sana,” ujarnya.

Di Kampung Pau Umabara ini, tim culture akan belajar tenun ikat. Tim fotografer sendiri, sejak jam 3 pagi telah menuju Pantai Watu Parunu untuk mengabadikan momen sunrise dan tim adventure menuju air terjun Waimarang.

“Usai kegiatan itu, mereka kembali berkumpul di kampung ini menikmati Fashion ciontemporer,” katanya.

Kemudian balik ke Kota Waingapu dan menuju bukit wairinding. Ada satu spot yang sangat memukau dengan pemandangan hamparan bukit-bukit hijau kecil yang sangat luas. Mereka Bersantai di rumput sambil menikmati momen sunset.

“Ini menjadi spot terakhir dari petualangan mereka. Malamnya, ditutup dengan farewell dinner, dimana semua peserta mengenakan pakaian Adat Sumba,” katanya.

Dalam acara farewell party, Pemerintah Kapubaten Sumba Timur menyampaikan apresiasinya. “Terimakasih atas dukungannya sehingga acara ini sukses digelar. Bantu kami memviralkan dan mempromosikan Sumba dengan segala kelebihan dan kekurangannya,” kata Bupati Sumba Timur Gidion Mbliyora saat memberikan sambutan dalam farewell party di Rumah Jabatan.

Baginya, alam Sumba yang istimewa ini dikemas dengan gaya nama 4E. Extreme, exotic, explore dan expose. Selain alam ada budaya. Sumba itu memiliki karakteristik budaya yang berbeda tiap kabupaten, baharinya juga. Apalagi sekarang ada resort terbaik Nihiwatu.

“Bantu viralkan dan datang kembali. Kami akan menyambut dengan bahagia,” kata Bupati Sumba Timur Gidion Mbliyora saat memberikan sambutan dalam farewell party di Rumah Jabatan. (***/gardo)