Menyibak Jejak Kota China Abad ke-12 di Medan

kota china
Museum Kota China – Foto: gardo

MEDAN -Tidak  banyak yang tersibak dari situs purbakala di Kota Medan. Padahal ibukota Provinsi Sumatera Utara ini memiliki aset artefak yang tidak bisa dinilai dengan mata uang. Artefak  berupa sisa-sisa kapal, arca, guci, batu pertama bahkan emas yang diduga peninggalan abad ke-12 ditemukan di situs Kota Cinna Medan Marelan, Paya Pasir, Medan Marelan, Sumatera Utara.

Sudah lama sebenarnya masyarakat sekitar Kota Cinna Medan Marelan mengetahui adanya jejak peninggalan masa lampau. Penemuan itu diketahui pada tahun 1970-an, akan tetapi mulai terkuak tatkala ditemukanya sebuah arca kuno ketika saat adanya penggalian tanah menggunakan alat berat untuk penimbunan pembangunan jalan Tol Belawan-Tanjung Morawa (Belmera) tahun 1986 lalu.

Sunyi, sepi dan jauh dari keramaian  susana Kota China Medan Marelan.  Ketika Gapuranews.com memasuki kawasan itu. Tidak ada tanda-tanda dikawasan Kota China itu yang akan menggiring menuju tempat tersimpannya benda-benda purbakala itu. Hanya jalan semeter, dan kiri-kanan berjejer rumah penduduk.

Jangan bayangkan kawasan Kota Cinna itu sebuah kawasan kuno yang telah tertata baik. Kawasan yang diduga Kota Cinna itu hanyalah kurang-lebih dua hektar yang kini jadi ladang-ladang dan perumahan pemduduk.

“Inilah kawasan Kota Cinna itu. Masih belum tergarap. Di atas ladang-ladang dan rumah penduduk ini diduga perkampungan kuno Kota China abad 12 yang lalu,” kata Ayub Badrin, seorang wartawan senior kota Medan yang menemani Gapuranews.com, ketika kami melintas dikawasan sebuah perkampungan yang tidak tertata, sore itu.

Dengan sepada motor kami melintas perumahan penduduk. Kalau tidak cermat akan sesat, sebab tidak ada penanda untuk menuju museum Kota China itu. “Kita ikuti saja jalan ini. Sebab, jalan ini sepertinya baru dibangun. Pasti arahnya ke museum,” kata Ayub yang juga baru kali pertama berkunjung ke museum Kota China itu.

kota china-6
Arca tanpa kepala ditemukan di kawasan Kota China-Foto:gardo

Lima menit dari persimpangan ke kanan jalan Titi Pahlawan Marelan dari arah Kota Medan, maka kami sampai di jalan Kota China. Sampai di Jalan Kota China inilah kami berhenti dan memarkirkan sepada motor di museum ‘Kota China’.

Kami pun disambut seorang wanita muda yang menjadi pegawai Museum Kota China dengan ramah. Kami disuruh mengisi daftar tamu dan bertanya tujuan kedatangan. Setelah kami utarakan niat kedatangan, maka pegawai yang ramah itu mempersilahkan kami untuk menghubungi pemilik dan penggagasan ‘Museum Kota China” Dr Ichwan Azhari yang juga sebagai Ketua Pusat Studi
Sosial dan Ilmu-Ilmu Sejarah (Pussis) Universitas Negeri Medan di Medan.

Lewat seluler Dr Ichwan Azhari mempersilahkan kami untuk melihat, memfoto dan mengamati semua benda-benda kuno yang ada di Museum itu. Museum ini sangat sederhana, namun isi yang tersimpan dalamnya penuh dengan nilai-nilai sejarah yang tidak terhingga.

kota china-2
Jalan Kota Cina yang berdekatan dengan rumah penduduk-Foto:gardo

“Museum ini saya dirikan dengan biaya pinjaman. Tidak ada bantuan dari pemerintah. Kalau menunggu bantuan dari pemerintah maka bangunan Museum Kota China ini tidak akan berdiri,” kata Dr Ichwan Azhari.

Ia bercerita, bahwa lahan museum ini tadinya dibeli dari tanah sepetak, lalu peninggalan sejarah itu disimpan dalam bangunan bambu dan berdinding tepas (gedek). “Karena ketika mahasiswa saya bawa untuk memperkenalkan peninggalan sejarah, tapi tidak ada tempatnya. Maka saya bangun secara darurat. Sampai akhirnya berdiri Museum ini,” katanya mengenang.

JEJAK KOTA CINNA

Konom terkuburnya sejarah Kota Cinna, sampai kini belum habis tergali adalah kerajaan yang makmur dan terdapat pelabuhan laut (bandar)internasional yang dihuni para imigran asal Tiongkok. Pada umumnya, Bangsa China datang dengan latar belakang keinginan untuk mencari peruntungan hidup lebih baik dari tempat asalnya, dengan melakukan bisnis perdagangan.

kota china-4
Batu penanda atau pilar koleksi Museum Kota China-Foto:gardo

Di bandar tertua, diperkirakan pada masa Dinasti Song, Kota China yang berada di sebelah utara Kota Medan ini, mengalami kejayaan. Kawasan daratan dan pantai dihuni imigran dari negeri Tiongkok, dengan pelabuhan rakyat serta jalur perdagangan tersibuk. Transaksi perdagangan seperti tembikar, guci, keramik, rempah-rempah dan termasuk arca berlanggam Chola atau India Selatan diperjual belikan.

Tidak hanya niaga, tapi dibandar tertua di Kota Medan ini juga berlangsung beragam aktivitas budaya. Bukti dari sejarah pelabuhan ini diketahui, setelah adanya penemuan kayu rangka dari bangkai kapal. Untuk penemuan kayu sisa dari rangka kapal ditemukan di sebelah utara, ditempat itu diyakini sebagai lokasi pelabuhan laut pada masa itu,” ujar, Pak Ade pekerja di Museum Situs Kota China.

Kemajuan perdagangan di bandar Kota China mendadak terhenti, setelah kota itu dilanda musibah alam. Kawasan pelabuhan laut yang berkembang pesat, terkubur menjadi daratan. Dari cerita legenda di masyarakat hilangnya Kota China dikarenakan menerima kutukan dan diserang oleh pasukan kepah. Sedangkan sebagian lain beranggapan, kota tempat imigran Tiongkok itu hilang setelah terkena bencana tsunami.

Sekitar 5 abad kemudian setelah bandar Kota China terjadi pendangkalan, pelabuhan baru lalu berdiri di kawasan Bandar Labuhan Deli atau saat ini berada di wilayah Kelurahan Pekan labuhan, berjarak sekitar 3 kilometer dari lokasi situs Kota Cinna. Sejarah bandar Labuhan Deli dibangun pada tahun 1814, setelah raja deli ketiga, Tuanku Panglima Pasutan memindahkan pusat pemerintahan Kesultanan Deli dari Deli Tua ke daerah Labuhan Deli.

MISTERI

Pak Ade bercerita, sampai saat ini di ladang-ladang dan perumahan penduduk jika digali akan menemukan sisa-sisa keramik, batu mulia seperti giok bahkan sebongkah emas pun bisa didapatkan.

“Beberapa tahun lalu ada biksu dari India datang ke tempat ini. Dia saya bawa ke pohon tua yang diduga sudah berabad-abad usianya. Sang Biksu langsung sembahyang dan sujud di bawah pohon tua itu. Biksu tersebut secara spritual mengatakan kalau pohon tersebut mirip dengan pohon yang ada di India. Biksu itu pun membenarkan kalau pohon tua yang tak juah dari
tempat ini usianya sudah berabad-abad,” papar Pak Ade meyakinkan.

kota china-1
Pak Ade menjelaskan proses penemuan benda-benda kuno dengan Ayub Badrin-Foto: gardo

Bahkan kata Pak Ade, beberapa pengunjung di kawasan Kota China itu, jika “diijinkan” bisa mendapatkan batu Giok atau Emas. “Banyak dari beberapa pelancong yang datang ke sini mendapat Batu Giok atau Emas, tapi tergantung ‘rezekinya’,” kata Pak Ade.

Saat Gapuranews.com berada di gedung museum pun, menurut Ayub Badrin, ‘aura’ 12 abad lampu itu mengiringi kami. “Cukup banyak, namun lebih banyak ‘aura Tamil, ada ‘aura’ China memang ada, tapi  hanya satu-dua,” kata Ayub setelah kami meninggalkan Gedung Museum Kota China tempat tersimpannya berbagai artefak di dalamnya.

kota china-5
Mata uang kuno dan batu mulia sering ditemukan pelancong-Foto:gardo

Misteri yang sebenarnya belum semua terkuak. Menurut Pak Ade, masih banyak lagi kemungkinan benda-kuno yang belum tergali. “Sayang sekali, kemungkinan ada di landang-ladang dan diatas rumah penduduk. Tak mungkin semudah itu bisa membelinya,” kata Pak Ade. (gardo)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *