Kisah HOS Tjokroaminoto Difilmkan

film HOS TjokroaminotoHOS Tjokroaminoto adalah sosok yang luar biasa. Banyak tokoh pergerakan belajar dengannya. Dengan difilmkannya kisah HOS Tjokroaminoto ini sebuah langkah maju bagi perfilm nasional, setelah para sineas membikin film Ir, Soekarno dan Sang Kiyai serta tokoh-tokoh perjuangan lainnya.

Film HOS Tjokroaminoto akan mengangkat kehidupan tokoh pergerakan nasional, HOS Tjokroaminoto, di era 1890-1921. Namun, Garin enggan menyebut film ini sebagai film biopik.

“Membuat film biopik dari seorang tokoh besar di Indonesia saya hindari karena akan rumit. Jadi, di film ini periode sampe 1921 saja, ketika Tjokro ditahan, bagaimana ia harus dibebaskan dengan menggunakan pemikiran-pemikirannya. Ini bukan film biopik, ini cuma sebagian, potongan saja. Tentang 10 tahun perjuangannya,” ujar Garin saat konferensi pers kick off film “Guru Bangsa: Tjokroaminoto,” di Jakarta, Rabu (3/9/2014).

Pembuatan film tersebut didukung penuh oleh Yayasan HOS Tjokroaminoto. Tujuan dibuatnya film ini untuk mengenalkan sosok HOS Tjokroaminoto kepada generasi muda, karena ia berkontribusi besar dalam memantik semangat kemerdekaan.

Selain memperkenalkan sosok sang pahlawan, Yayasan HOS Tjokroaminoto juga ingin mengajak generasi muda mengenal para pemeran di balik tokoh-tokoh bersejarah tersebut.

“Anak-anak sekarang cuma tahu HOS Tjokroaminoto itu adalah nama jalan. Melalui film ini, kita mau beritahu siapa Tjokroaminoto, guru bangsa bersejarah di Indonesia,” ucap sutradara film “Daun di Atas Bantal” itu.

Tidak tanggung-tanggung, film ini diproduseri oleh empat produser sekaligus, yaitu Sabrang Mowo Damar Panuluh (vokalis band Letto), Christine Hakim, Didi Petet, dan Dewi Umaya.

Film ini dibintangi sederet aktor dan aktris berbakat. Ada Reza Rahardian (HOS Tjokroaminoto), Christine Hakim (Mbok Tambeng), Sudjiwo Tedjo (Mangunkusumo), Maia Estianti (Ibu Soeharsikin), Ketua Badan Perfilman Indonesia (BPI) 2014-2017 Alex Komang (Hasan Ali Surati), Ibnu Jamil, Chelsea Islan, Putri Ayudya, dan Deva Mahendra.

Syuting film akan dimulai pada 7 September 2014. Lokasi syuting mengambil spot di kota-kota bersejarah seperti Ambarawa, Semarang, dan Yogyakarta demi menghidupkan kembali suasana lama kota Surabaya, lengkap dengan trem dan mobil pada masa itu.

“Diharapkan, Oktober produksi sudah selesai. Rencananya, film ini akan tayang pada akhir Maret atau April 2015,” tutup Garin. (gardo)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *