JAKARTA – Setelah sukses dengan Jakarta Dance Meet Up, kini Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) melalui Komite Tari mengadakan Jakarta Dance Meet Up #2 (JDMU #)2, kembali akan mempertemukan berbagai komunitas, sanggar, dan sekolah tari di Jakarta.
Pagelaran yang dibuka untuk umum dan tak dipungut biaya alias gratis ini akan digelar di Gedung Kesenian Jakarta, Jakarta Pusat, pada Rabu (30/8/2017) mendatang.
Dalam JDMU #2 akan ada lima komunitas tari dengan genre berbeda. Mereka akan menunjukkan bakat mereka.
Ali Dance Company, dengan koreografer Irwan Setiawan, akan mementaskan Melo Sang. Chive Production, dengan Yohanes Christo sebagai koreografer, akan menampilkan Feeling.
Selain mereka, ada Andhini Rosawirawati, yang akan menyuguhkan Energy, dan Truly Rizki Ananda, yang akan menyajikan Ruang Jiwa. Mereka merupakan koreografer-koreografer Namarina Dance Academy.
Enindita Sih Lastyari dan Felicia Chitraningtyas dari Rafa International Dance School akan menampilkan Mad Groove, Inward Self, dan Dance in Fusion. Selain itu, Ilham Muji Riyanto dari Sanggar Tari Cipta Budaya, akan mempersembahkan Kain Jlamprang.
Ketua Komite Tari DKJ, Hartati mengatakan, JDMU #2 memberi kesempatan kepada para koreografer dan penari muda untuk bisa berkumpul dan belajar.
“Ini bagian dari tugas kami memperhatikan wilayah komunitas. Komunitas tari di Jakarta ini banyak dan beragam. Ada yang berbasis sekolah nonformal, misalnya sekolah balet atau kontemporer. Ada juga yang bergenre populer, misalnya komunitas hip hop atau komunitas yang ada di Taman Mini, bagian dari kegiatan anjungan-anjungan daerah. Itu semua jadi perhatian kami,” kata Hartati dalam jumpa pers di Galeri Cipta III, Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, Senin (28/8/2017).
“Kami bukan cuma mau mapping perkembangan tari di Jakarta, tapi kami ada kewajiban untuk membuka kesempatan pada komunitas untuk regenerasi. Di JDMU, komunitas tampil, anak-anak tampil, koreografernya muda,” ucapnya.
Hartati menambahkan bahwa tentu saja seni-seni di luar tari bisa digabungkan dalam penampilan itu.
“Itu mergantung pada koreogarfernya. Kita enggak membatasi misalnya ada koreografer yang mau kolaborasi dengan film atau seni rupa. Namun ini dipentasin bersama. Tidak seleluasa panggung sendiri,” ujarnya. (Rayza Nirwan/gr)