Indonesia Negara Tercantik di Dunia: Momentum Penting

Foto ilustrasi: Pesona Bedugul, Bali. (ist)

*Oleh: Bagas Hapsoro

Sehari setelah Indonesia diumumkan sebagai negara tercantik sedunia bulan Pebruari ini, imunitas saya langsung bertambah. Demikian juga dengan Nyoman Sukarba, pemilik BeWish Travel di Bali ketika saya kontak dia.  ”Rasa percaya diri semakin besar karena saat ini banyak orang yang melihat-lihat foto keindahan alam negeri kita”, kata Bli Nyoman. Apalagi ketika melihat pegunungan, temburu karang dan hutan tropis dan lautan. ”Instagrammable”, ujar Lars Edvardsson, seorang peneliti di salah satu LSM di Gunung Leuser.

Bacaan Lainnya

Indonesia dinobatkan sebagai negara terindah di dunia dari total 50 negara, bahkan mengalahkan Selandia Baru dan Kolombia. Predikat Indonesia sebagai negeri terindah itu diperoleh berdasarkan analisis yang dilakukan oleh situs asal Inggris, money.co.uk dan dirilis 7 Februari lalu. Dalam keterangan di situs tersebut, setiap negara dianalisis berdasarkan tujuh faktor seperti gunung berapi, pegunungan, terumbu karang, kawasan lindung, garis pantai, hutan hujan, serta gletser.

Berita bagus ini laksana guyuran air hujan di tengah kekeringan. Betapa tidak. Berdasarkan data UN World Tourism Organization (UNWTO), pandemi berdampak pada penurunan pendapatan global sekitar USD 2 triliun dari sektor pariwisata. Sementara itu, penurunan kedatangan pelancong mancanegara juga sangat signifikan, yakni sebesar 80%. Dampaknya, lebih dari 100 juta orang yang bekerja secara langsung atau tidak langsung di industri ini menjadi sangat terdampak.

Bagaimana dengan Thailand setelah dilanda pandemic Covid-19?

Thailand tercatat telah menambah tiga destinasi pariwisata populer dalam program visa yang memungkinkan turis asing tidak melakukan karantina. Dilansir Bloomberg, mulai 11 Januari 2022 turis asing yang sudah divaksin lengkap bisa pergi ke Krabi, Phang Nga, dan Koh Samui. Sebelumnya, Pantai Phuket sudah lebih dulu dibuka untuk turis asing dalam program Sandbox. Melalui kebijakan ini, para turis asing tidak perlu melakukan karantina jika bepergian ke empat destinasi ini jika mereka berencana tinggal setidaknya selama satu pekan di lokasi-lokasi tersebut.

Meski sempat menangguhkan program bebas karantina akibat naiknya kasus baru, tetapi Negeri Gajah Putih ini berhasil menggaet sekitar 350.000 turis asing ke destinasi wisatanya. Selain teramat berani membuka obyek turisme, mengingat dampak pandemi luar biasa, pelonggaran aturan berkunjung di Negeri Gajah Putih itu kurang banyak disertai dengan pembangunan infrastruktur.

Indonesia  sudah maju dengan pengembangan infrastruktur online. Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan hal tersebut dalam acara kick-off Tourism Working Group (TWG) G20 Presidensi G20 Indonesia secara virtual, Senin (14/02).

“Dibutuhkan intervensi yang kuat dan konsisten dari Pemerintah. Di tingkat nasional, Pemerintah telah mengalokasikan sekitar Rp13 triliun dari dana Pemulihan Ekonomi Nasional tahun ini untuk mempercepat pembangunan infrastruktur digital, termasuk di sejumlah destinasi prioritas. Ini merupakan kebijakan antisipatif terhadap perubahan konsep pariwisata di masa mendatang,” ujar Hartarto.

Kembali pada kebijakan turisme di Thailand, Presiden Asosiasi Turisme Koh Samui Rachaporn Poolsawadee menyatakan bahwa kebijakan pembukaan destinasi baru untuk mencegah pelemahan pertumbuhan ekonomi Thailand sangat bergantung pada sektor pariwisata. Seperti diketahui, pariwisata menyumbang seperlima dari ekonomi Thailand sebelum pandemi, dengan 40 juta turis asing yang berkontribusi hingga lebih dari US$60 miliar pada 2019.

 “Lebih baik kami buka daripada tidak ada sama sekali, masih lebih bagus daripada harus ada penutupan secara massal. Kebijakan penangguhan memang ada ketika peak season sehingga dampaknya sangat signifikan,” kata Ratchaporn Poolsawadee. Munculnya varian baru dan pengetatan perbatasan, baik di Thailand maupun di negara lainnya, mengancam posisi Thailand sebagai pendulang turis asing untuk menggenjot ekonominya.

Peluang besar Indonesia

Sebagaimana diketahui berdasarkan data BPS (2021), jumlah wisatawan mancanegara turun sebesar 75,03% pada 2020.  Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB sebesar 4,80%  (2019) dan diperkirakan menurun menjadi 4,1% (2020) akibat pandemi Covid-19.

(Lampiran: Grafik kontribusi Pariwisata RI terhadap GDP 2010-2020)

Dalam menghadapi pandemi Indonesia menerapkan kerja sama Travel Corridor Arrangement (TCA) untuk memberikan kelonggaran bagi para wisatawan untuk melakukan perjalanan dalam atau luar negeri.

Hingga saat ini, Indonesia telah menandatangani 4 TCA dengan negara mitra: RRT, Korea Selatan, Uni Emirat Arab, dan Singapura sedangkan Malaysia, Jepang, Turki, dan negara anggota ASEAN masih tahap penjajakan. Kebijakan Indonesia tentang koridor turisme mendapat sambutan dari negara lain.

Ada 3 (tiga) catatan terkait penobatan Indonesia sebagai negara terindah di dunia dengan kebijakan turismenya.

Pertama, Indonesia menjadi pelopor untuk inovasi bersama di G20 guna memulihkan pariwisata melalui metode “seamlesstravelling”. Bagi Indonesia, pembangunan infrastruktur pariwisata dan peningkatan kemampuan SDM sektor ini adalah keniscayaan. Karena di masa depan, tantangan pariwisata dihadapkan pada cepat atau tidaknya kita beradaptasi dengan teknologi digital.

Kedua, posisi RI tentang vaksin global tanpa diskriminatif dan harmonisasi standar protokol kesehatan global merupakan salah satu upaya yang dapat dan patut didukung oleh seluruh anggota G20. Karena itu, G20 menjadi forum yang sangat relevan dan penting bagi dunia untuk bekerja sama memastikan adanya progress inovasi dan keselarasan mekanisme yang mendukung mobilitas wisatawan secara aman, berstandar, dan sehat.

Ketiga, di tingkat regional Indonesia juga mendukung langkah negara-negara di kawasan yang telah mengidentifikasi berbagai program untuk memulihkan pariwisata melalui penguatan digital, mulai dari capacity building for tourism professionals hingga strategi pemasaran via digital platform yang tercantum dalam ASEAN Comprehensive Recovery Framework (ACRF) Implementation Plan. Langkah Indonesia diatas sangat relevan dengan keketuaannya dalam ASEAN tahun 2023.

Kiranya penobatan sebagai negara terindah ini sesuai dengan prediksi Koes Plus 50 tahun yang lalu. Sejak tahun 1972 sudah melantunkan lagu indahnya Nusantara. Ini momentum penting.

*Penulis: Bagas Hapsoro, Mantan Dubes RI untuk Swedia dan Latvia. Pandangan yang disampaikan adalah opini pribadi

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *