Hari Tari Sedunia, Menko PMK Tekankan Pentingnya Cita dan Rasa Indonesia

Foto: Hari Tari Sedunia (ist)

RATUSAN mahasiswa-mahasiswi Institut Seni Indonesia (ISI) Padang Panjang menunjukkan kebolehannya menari dihadapan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Puan Maharani, Jumat (29/4). Mereka menari dalam rangka memeriahkan World Dance Days (WWD) 2016 yang jatuh setiap tanggal 29 April di ISI Padang Panjang, Sumatera Barat.

Foto: Hari Tari Sedunia (ist)
Foto: Hari Tari Sedunia (ist)

Kunjungan Puan di ISI Padang Panjang untuk meresmikan Gedung Labor Kerohanian dan Gedung UKM. Hadir dalam acara tersebut Rektor ISI Novesar Jamarun, Kepala BKKBN Surya Candra Surapatti, Wakil Gubernur Sumbar Narsul Abit dan Walikota Padang Panjang Hendri Arnis dan anggota DPR RI Dapil Sumbar Alex Indra Lukman.

Bacaan Lainnya

“Sebagai satu-satunya institut seni yang ada di wilayah Sumbar, saya berharap ke depannya ISI menjadi salah satu institut yang bisa menciptakan atau menghasilkan bibit-bibit dan anak muda yang berkesenian,” katanya usai menyaksikan pertunjukan tari.

“Seni itu harus dilakukan dengan cita dan rasa, bukan hanya teori saja. Saya mendukung ISI menjadi institut yang lebih baik dan menjadi penghasil (kreatifitas) anak Indonesia, sesuai dengan apa yang mereka pelajari,” sambung Puan.

Dalam peresmian Gedung Labor Kerohanian dan Gedung UKM beberapa saat sebelumnya, diungkapkan dia bahwa ISI Padang Panjang mempunyai visi dan misi mengembangkan kebudayaan di bidang seni pertunjukan, seni tari, seni musik, seni teater, seni rupa dan desain. Hal tersebut selaras dengan amanat UUD 1945, khususnya Pasal 32.

Dimana negara berkepentingan untuk memajukan kebudayaan nasional ditengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya.

Puan lantas menyinggung ucapan Bung Karno pada puncak peringatan HUT RI pada 17 Agustus 1966 silam. Bahwa pembangunan manusia dan kebudayaan dimaknai sebagai pembangunan karakter bangsa. Pembangunan ekonomi, teknis dan pertahanan dimulai dari pembangunan jiwa bangsa.

“Tentu saja keahlian adalah perlu, tetapi keahlian saja tanpa dilandaskan pada jiwa yang besar, tidak akan dapat mungkin mencapai tujuannya. Inilah perlunya, sekali lagi mutlak perlunya, Nation and Character Building,” jelasnya.

Dalam konteks pembangunan karakter bangsa inilah, lanjut Puan, maka proses pendidikan harus selaras dalam membentuk kualitas pribadi dan warga negara yang berkarakter. Yakni manusia Indonesia yang mendasarkan cipta, rasa, karsa dan karya, berlandaskan pada kepribadian dan kebudayaan Indonesia, Pancasila dan semangat gotong royong. (soe/gr)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *