28 Pelukis Tampil Dalam ‘Festival Payung Indonesia 2017’ Solo

Foto: Poster:Pameran Payung Paramuda. (ist)

SOLO – 28 pelukis akan ikut serta dalam ‘Festival Payung Indonesia 2017’ akan digelar di Solo, Jawa Tengah, di Pura Mangkunegaran pada 15-17 September 2017.

Ketua Pelaksana Festival Payung Indonesia 2017, Heru Mataya menjelaskan, tema festival kali ini adalah Sepayung Indonesia.

Bacaan Lainnya

“Dimulai karena keberagaman Indonesia yang merupakan anugerah, dan penuh warna. Namun akhir-akhir ini terjadi berbagai ancaman bertoleransi. Jadi, lewat ini kami ingin merajut rasa persatuan bangsa,” katanya dalam  Pura Mangkunegaran, Solo, Rabu (13/9/2017).

Ia mengatakan, pada acara tersebut akan ada ratusan payung rajut karya perajut dari berbagai kota di Indonesia.

“Lhokseumawe, Medan, Lampung, Semarang, Yogyakarta, Magelang, Madiun, Bali, dan kota lainnya. Total ada 127 payung rajut,” kata Heru.

Heru mengatakan menggunakan tempat festival di Pura Mangkunegara karena merupakan tempat yang sangat bersejarah dan seperti halnya payung sebagai pusaka nasional yang harus dilindungi.

“Kami berharap tempat festival di Pura Mangkunegara ini, menjadi inspirasi dan kreasi para perajin payung terus berkarya mengembangkan industri payung ke depan,” kata Heru Mataya.

Selain pameran ratusan payung rajut, ia menambahkan, akan ada fashion show kain lurik dan payung dari berbagai daerah di Indonesia, gelar pentas maestro tari di Indonesia, serta tak ketinggalan workshop fotografi oleh Darwis Triadi.

“Untuk maestro tari, terdapat beberapa nama besar semisal Didik Nini Thowok, Ayu Bulantrisna Djelantik, Hj. Munasiah Daeng Jinne, dan yang lainnya. Ada 6 maestro yang akan tampil pada penutupan acara tanggal 17 September,” ujarnya.

Ia memaparkan, pada acara tersebut, akan ada workshop dan pameran payung khas Thailand. “Karena di negara tersebut, festival payung di sana sudah kuat selama 45 tahun,” katanya.

Didik Wahyudiono, perwakilan dari Mangkunegaran berharap, lewat gelaran Festival Payung Indonesia tersebut bisa mengangkat nama Solo di dunia.

“Paling tidak nanti bisa sejajar dengan festival serupa yang ada di Thailand yang sudah kuat, serta bisa menambah jumlah pariwisata untuk datang ke Solo,” ujarnya. (Rayza Nirwan/gr)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *