Resensi Kumpulan Naskah Drama Penulis Medan

Dari Raja Yang Sampai Rebana Bunga Laut

Oleh S.Dalimunthe

SEMINGGU yang lalu saya mendapat kiriman sebuah buku kumpulan naskah drama anak-anak Medan berjudul ‘Raja Yang Trom Brol’,  yang dikirim oleh sahabat saya dari Medan D.Rifai Harahap yang lebih dkenal dengan nama Darwis.

Dalam kumpulan naskah tersebut terdapat juga sebuah naskah karya D.Rifai Harahap, Raja Yang yang ketika saya di Medan sudah dipentaskan oleh Teater Nasional (TENA). Selain Raja Yang terdapat juga naskah drama karya Jaya Arjuna Telah Gugur Hati Manusia yang pernah menyabet penghargaan sebagai juara II naskah drama terbaik pada Festival Drama KNPI Medan tahun 1977 dan grup yang mementaskannya HSBI menjadi juara III.

Ada juga karya Sulaiman Sambas, berjudul Rebana Bunga Laut, naskah drama yang memenangkan penulisan lomba naskah teater 1976 Sumatera Utara.

s dalimunthe
S.Dalimunthe

Selain karya ketiga penulis senior itu, ada juga empat naskah drama dari penulis muda Medan, seperti Orang Orang Tercecer episode Jombang karya Afrion, Trom Bol karya Agus Susilo, Balada Janda Hom Pim Pah karya Ahmad Badren Siregar, Cinta Keranjang Sampah karya Raudah Jambak. Keempatnya sudah pun pernah dipentaskan di Medan.

Raja Yang bercerita tentang sulitnya mencari pemimpin. Pro dan kontra antara wargapun terjadi dan tentu saja diantara mereka ada sponsor yang berusaha keras mendukung calonnya dengan berbagai cara. Situasi yang sama dengan keadaan sekarang menjelang pileg dan pilpres. Ada konflik kepentingan diantara mereka yang ingin calonnya menjadi pemimpin,namun akhirnya mereka harus kecewa karena pemimpin yang dipilihnya bukan pemimpin yang sesuai dengan harapannya,tapi malah pemimpin yang serakah dan menghancurkan mereka.

Dalam situasi politik sekarang ini, naskah ini sangat sesuai untuk kembali dpentaskan. Penulis telah membaca situasi ini bertahun tahun yang lalu ketika dia menulis naskah ini.

Naskah Orang Orang Tercecer, episode Jombang yang ditulis Afrion bercerita tentang moral seorang ayah yang sampai hati menghamili anak gadisnya sendiri, sehingga hamil dan tidak mau berterus terang,sehingga sianak dianggap gila oleh orang desa dan terpaksa diasingkan. Anak laki lakinya yang kasihan melihat adiknya seperti itu lalu membunuh si ayah dengan memenggal kepalanya dan dia sendiri rela menerima hukuman atas perbuatannya.

Hitam bumi hitam-membentang langit di atasnya

Hitam bumi hitam  awan menangis dilangit

Segala hitam menyelimuti mata

raja yang

Naskah Cinta Keranjang Sampah,juga bercerita soal moral seorang isteri yang berselingkuh dengan su;pirnya dan bersekongkol untuk membunuh mertua laki lakinya dan juga suaminya.

Mereka menduga perbuatan mereka sudah rapi dan tidak mungkin terbongkar. Namun mereka kaget, ketika polisi datang . Soalnya mereka heran,siapa yang memanggil polisi. Mereka tidak mengira hal yang tidak nyata menjadi nyata ketika roh mertuanya ternyata tidak rela atas kematiannya. Dan polisi menerima telepon gelap dari rumah itu agar polisi datang memeriksa rumah itu karena diduga ada pembunuhan dirumah itu. Polisi datang dan memeriksa den menemukan bukti kalau memang dirumah itu terjadi pembunuhan.

Cerita moral yang lain juga ada dalam naskah karya Ahmad Badren Siregar Balada Janda Hom Pim Pah yang bercerita tentang tiga janda yang memperebutkan warisan suaminya yang baru meninggal. Ternyata mereka dikibuli oleh pengacara dan pembantunya yang juga ingin menguasai harta warisan suami mereka. Pengacara dan pembantu bersekongkol meracuni ketiga janda itu,sehingga warisan itu jatuh ketangan pengacara. Namun si pengacara juga enggan berbagi.Si pengacara juga serakah ingin melenyapkan si pembantu,tapi ternyata malah dia yang menjadi korban si pembantu dan pengacara itu mati karena juga diracuni si pembantu.

Naskah berikutnya karya Jaya Arjuna, Telah Gugur Hati Manusia,juga bercerita tentang hati manusia yang tidak bisa diduga. Hati adalah kebenaran,kesucian,bersih dari segala noda atau pikiran kotor.

Hati yang telah gugur memperlihatkan betapa kejamnya perasaan yang membunuhnya.

Naskah Trom&Bol juga bercerita soal keserakahan, antara profesor Trom dan ciptaannya Brol. Malah Prof. Trom mati ditangan Brol, mahluk ciptaannya.

Naskah ke tujuh,naskah karya Sulaiman Sambas berjudul Rebana Bunga Laut,mengingatkan saya pada naskah karya Bachtiar Siagian,Buih dan Kasih dan Sangkar Madu. Periode sebelum G30S. Kedua naskah itu selalu dipentaskan, namun setelah G30S, naskah itupun tidak pernah muncul lagi dipentas. Sama dengan naskah karya penulius Lekra lainnya seperti Utuy Tatang Sontani, Jubaar Ayub dan lainnya. Raib, padahal isi naskah mereka tidak ada hubungannya dengan faham komunis.

Rebana Bunga Laut bercerita tentang sebuah pantai yang ingin dikuasai oleh Taring Paus yang ingin menguasai pantai itu. Dia membunuh anak perempuan Datuk Pusaran Angin. Namun Datuk mengira anaknya ditelan gelombang. Abangnya Karang Taruna pergi mencarinya dan tidak pulang pulang.

Kekasihnya Bunga Laut menanti sepanjang hari ditepi pantai dan Taring Laut menuduh Bunga Laut selingkuh dengan seorang pemuda yang terdampar ke pantai itu. Dia menghasut Datuk Pusaran Angin agar membunuh pemuda itu yang dituduhnya musuh yang ingin menghacurkan perkampungan mereka.

Datuk Pusaran Angin terhasut,tapi akhirnya dia sadar kalau Taring Lautlah yang penghianat. Dia lalu mengutuk Taring Laut menjadi karang dan dia menjelma menjadi gelombang. Permusuhan karang dan gelombang terus terjadi. Gelombang setiap saat ingin menghancurkan karang,namun karang masih tetap tegak diatas laut.

Sebenarnya selain ketujuh naskah drama itu, penulis di Medan juga telah banyak menulis naskah drama,hanya saja tidak pernah terdokumentasi. Cuma penulis naskah drama Andy MS, yang pernah membukukan naskah dramanya dalam bentuk stensilan. Diantara isinya ada naskah Rapel Pensiun, drama komedi yang cukup bagus. Namun buku itu juga sekarang entah dimana. (gr)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *