Growth Mindset

Riri Satria

Oleh. Riri Satria

PERJALANAN hidup membawa saya banyak berkenalan dengan berbagai manusia, baik di dunia akademik, bisnis, pemerintahan, sampai dengan kesenian. Ada mereka yang kemajuan dalam karirnya dengan pesat, ada yang biasa-biasa saja, ada juga yang stagnan.

Bacaan Lainnya

Melalui berbagai interaksi dengan sebagian dari mereka, akhirnya saya sepakat dengan Carol S. Dweck mengenai apa yang membedakan mereka yang mengalami kemajuan dengan yang stagnan. Kata kuncinya satu, yaitu MINDSET. Dalam bukunya berjudul “MINDSET: The New Psychology of Succes”, Dweck memperkenalkan dua jenis mindset, yaitu GROWTH MINDSET dan FIXED MINDSET. Perbedaan keduanya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Namun sebaliknya, pada manusia yang stagnan dan sulit berkembang, yang memiliki fixed mindset, akan menganggap tantangan sebagai sebuah beban, sesuatu yang menakutkan, sehingga dihindari. Mereka juga tidak terbuka terhadap berbagai masukan serta kritik dari orang lain. Ibaratnya, fixed mindset ini adalah katak di bawah tempurung. Mereka sulit melihat hal-hal baru atau kemajuan, bahkan sering terperangkap dalam romantisme masa lalu. Melakukan kesalahan dianggap sebagai suatu keterbatasan dan bukan sebagai proses belajar, bahkan dianggap sebagai sebuah “dosa”.

Manusia yang memiliki growth mindset selalu terinspirasi dengan ksiah-kisah keberhasilan orang lain dan mencoba untuk menemukan jalan terbaik untuk dirinya. Sementara itu, mereka yang memiliki fixed mindset selalu merasa dirinya yang paling hebat dan menganggap keberhasilan orang lain itu tak ada artinya, bahkan jangan-jangan cendrung iri hati melihatnya.

Kita bisa saja hebat di masa lalu, namun belum tentu saat ini, apalagi di masa depan. Nah, dengan memiliki growth mindset kita akan senantiasa mengembangkan diri kita dan mampu mengikuti perubahan zaman. Tetapi sebaliknya, fixed mindset akan membuat kita menjadi stagnan, malah mungkin digilas perubahan.

Mengapa mindset ini penting? Kata Dweck, karena inilah yang mengatur semua pikiran serta perbuatan kita sehari-hari. Apakah kita akan menjadi pribadi yang berkembang atau sebaliknya.
Namun Dweck juga mengingatkan bahwa pada kenyataannya tidak ada manusia yang 100% memiliki growth mindset, demikian pula sebaliknya, tidak ada juga yang memiliki 100% fixed mindset. Setiap manusia itu berada di antara spektrum keduanya, somewhere in between, tetapi memiliki sebuah kecendrungan ke salah satunya.

Jika Anda punya waktu, saya merekomendasikan buku “MINDSET: The New Psychology of Succes”, karya Dweck ini. Walaupun ini buku lama, terbit tahun 2006, namun masih sangat relevan dengan kondisi saat ini. Pilihan lain adalah membaca buku edisi terbarunya, “MINDSET: Changing The Way You think To Fulfil Your Potential” yang terbit tahun 2017.

Anyway, tulisan ini tidak bermaksud mengajari sahabat semua, namun hanya sekedar berbagi apa yang sudah saya baca dan alami. Semoga bermanfaat. (***)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *