Tsi Taura: Panggung Itu, Mahkota Seniman

Tsi Taura saat bincang dengan seniman Medan

MEDAN – Panggung adalah mahkotanya seniman.  Tanpa panggung seniman boleh jadi tidak bisa berekspresi.  Meskipun yang dimaksud tidak harus sebuah gedung pertunjukan yang representatif.  Panggung bisa berada di mana saja.  Di jalan raya bahkan bisa di atas air.

Hal itu dikatakan Tsi Taura, penyair, saat omong-omong santai dengan Agus Susilo (teaterawan),  dalam acara yang bertajuk “Cetet” atau Cakap-cakap Teater, Selasa (11/8) di kediamannya yang sekaligus markas Kosambi di Jalan Palembang Binjai.

Bacaan Lainnya

“Yang saya maksud mahkota di sini,  lantaran panggung itu begitu pentingnya.  Buat apa?  Buat berekspresi merepresentsiikan karya-karyanya. Mereka membutuhkan banyak panggung. Karena bisa saja satu panggung sudah tak mampu menampung aspirasi mereka,  sehingga butuh panggung lainnya, ” ujar Taura yang ketika Omong-omong itu didampingi personil Kosambi,  khairuddin Ibrahim Harahap.

Selain itu Tahura juga mengatakan pihaknya saat ini sudah menyediakan satu panggung juga yang mereka beri nama “Studio Kosambi”. Studio ini adanya di salah satu ruangan di rumahnya tersebut.  Ruangan sekitar 12 x 10 itu disulap menjadi panggung dan saat ini sudah dua kali dilakukan pertunjukan.  Pertama 3 Penyair Baca Puisi dan Monolog suharti, Idris Pasaribu.

“Ya kami buat Studio Kosambi itu untuk menampung ekspresi seniman,  yang mungkin di tempat lain semisal taman budaya tidak mendapat ruang. Nah,  boleh ke sini.  Namun tentu saja dengan syarat tertentu juga.  Namun kami di sini tidak memberatkan.  Malah kita akan membantu biaya pertunjukan sesuai keadaan, ” jelasnya.

Taura juga mengatakan sebuah panggung bagi seniman bukan saja sebuah gedung. Seniman itu menurut Taura adalah insan kreatif.  Seniman mampu menciptakan panggungnya sendiri dimanapun dia berada.

“Seniman itu kan insan Tuhan yang paling kreatif.  Seniman tidak boleh mati.  Meski gedung pertunjukan itu perlu,  tetapi jika sedang bermasalah bisa melakukan pementasan di tempat lain.  Bisa di jalan-jalan. Di atas air seperti di danau atau juga di sungai,” ujar Taura saat ditanya kepadanya makna panggung bagi seniman.

Kreatifitas seniman yang tak boleh mati itu,  terlihat jelas saat dunia diserang wabah Covid 19. Waktu itu pemerintah melarang semua orang ke luar rumah.  Tetapi seniman malah berkarya dari rumah,  walau hanya dengan HP. 

“Ini pertanda bahwa seniman itu tidak bisa di rumahkan.  Di saat yang lain diam.  Seniman membuat terobosan dengan berkarya di rumah. Saya melihat justru Meditasi Corona Virus itu yang duluan memprakarsai, ” bilang Taura yang di rumahnya menyimpan sekitar 3000 an buku ini.

Lanjut mantan Jaksa ini,  panggung seniman juga harus bergerak. Artinya panggung baik secara fisik maupun non fisik harus tumbuh dan berkembang.  Panggung yang ada di dalam diri seorang seniman itu juga sangat dahsyat.  Panggung itu adalah gagasan-gagasan yang jika tidak bergerak maka dinamika berkesenian juga akan mengalami kemandegan atau jalan di tempat.

“itulah yang saya maksud panggung adalah mahkota.  Dia begitu pentingnya.  Mahkota itu letaknya di kepala.  Artinya seniman menempatkannya di kepala.  Di tempat yang paling penting.  Benar itu paling penting.  Sebab tanpa gagasan kesenian tidak akan bergerak.  Dan jika kesenian tidak digerakkan,  apa jadinya dunia ini? ” pungkas Tahura di akhir omong-omong tersebut. (aba)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *