Batik dan Gamelan Meriahkan Pasar Malam Indonesia di Stockholm

Kegiatan pada acara Indonesisk Marknad. (ist)

STOCKHOLM – Bertempat di Alviks Kulturhus, Stockholm, Swedia, telah diselenggarakan Pasar Malam (Indonesisk Marknad). Kegiatan tahunan di Stockholm ini diselenggarakan oleh SIS/Svensk-Indonesiska Sällskapet (Swedish Indonesian Society) yang berada di Stockholm, Sabtu (28/9/2019).

Pada sambutan pembukaannya, Dubes RI, Bagas Hapsoro menyampaikan bahwa kegiatan Pasar Malam menjadi ajang silaturahmi bagi semua WNI di Swedia yang sudah lama tidak bertemu satu sama lain, khususnya bagi banyak sesepuh dan para WNI yang telah tinggal puluhan tahun di Swedia.
Ditambahkan bahwa kegiatan tahunan ini menjadi tempat yang tepat untuk terus memperkuat tali silaturahmi satu sama lain. Dubes Bagas membuka Pasar Malam dengan memukul gong.

Dalam Pasar Malam tersebut ditampilkan berbagai kesenian Indonesia, seperti angklung, gamelan, tari, musik, hingga pencak silat. Tim tari dari Bagusföreningen Malmo pimpinan Nina Hansson menampilkan Tari Ondel-Ondel dan Tor-Tor, rekan-rekan mahasiswa PPI menampilkan Tari Saman, dan Juju Ekberg dan Suhedi Pramono dari Uppsala menampilkan Tari

“Ojo Dipleroki”. Selain itu juga ada berbagai penampilan musik, yaitu dari Band Indonesia Timur, penampilan akustik dari Indonesiska Föreningen-Gothenburg pimpinan Andita Therning, dan penampilan dari Komunitas WNI di Stockholm dan Uppsala.

Kegiatan juga dimeriahkan dengan peragaan busana Batik yang dipimpin oleh Jeannie Sinaga. Hal ini sejalan dengan tema Pasar Malam yang diangkat tahun ini, yaitu Batik, dimana Batik Indonesia sudah tercatat sebagai Intangible Cultural Heritage UNESCO.

Bertindak selaku MC pada Pasar Malam adalah Sissel Almgren dan Peter Brundin. Sissel adalah WN Swedia yang pernah belajar di Indonesia sebagai awardee Darmasiswa, sehingga mampu berbahasa Indonesia dan bahkan berbahasa Jawa dengan sangat lancar.

Pasar Malam semakin meriah ketika pada penampilan angklung dan gamelan, diadakan sesi interaktif. Banyak WN Swedia yang tertarik untuk mencoba alat musik tradisional Indonesia tersebut.

Selain penampilan-penampilan tersebut, para pengunjung juga disuguhi berbagai makanan khas Indonesia, seperti pempek, sate ayam, sate padang, nasi kuning, dan berbagai jajan pasar.

SIS/Svensk-Indonesiska Sällskapet (Swedish Indonesian Society) di Stockholm merupakan Organisasi Indonesia-Swedia yang memiliki tujuan utama meningkatkan awareness dan ketertarikan khususnya mengenai kebudayaan Indonesia ke masyarakat Swedia dan sebaliknya.

Saat ini, SIS diketuai oleh Satu Cahaya Langit dengan kepengurusan yang diisi oleh WNI dan WN Swedia. Organisasi serupa juga ada di beberapa kota lain di Swedia, seperti Gothenburg dan Malmö. (red)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *