4 Komunitas Pentaskan “Kesaksian Rendra” di TIM

Foto ilustrasi: Poster Kesaksian Rendra. (ist)

BANYAK cara mengenang sastrawan dan budayawan, WS. Rendra yang dilakukan oleh para murid dan sahabatnya. Salah satunya adalah yang dilakukan empat komunitas bersatu; Natural Indonesia, Teater Baling-Baling, Adiza Production, dan Sanggar Humaniora. Komunitas seni ini akan menggelar Musikalisasi Puisi Karya WS. Rendra, bertajuk “Kesaksian Rendra” (7 Tahun Mengenang Seniman Besar Indonesia), di Altar Teater Amphi Taman Ismail Marzuki (TA-TIM) Jakarta, Selasa 9 Agustus 2016 mendatang, pukul 20.00 WIB.

Foto ilustrasi: Poster Kesaksian Rendra. (ist)
Foto ilustrasi: Poster Kesaksian Rendra. (ist)

“Tidak semua generasi bersentuhan langsung dengan almarhum Rendra dan karya-karyanya. Bahkan Rendra seperti dilupakan. Kami merasa perlu dan penting untuk terus memperkenalkan kembali sosok beliau. Terutama berbagai warisan karyanya, agar terpelihara dan bisa diteruskan untuk masa yang tidak terbatas,” terang Iwan Burnani, Ketua Panitia Acara “Kesaksian Rendra” (7 Tahun Mengenang Seniman Besar Indonesia), kepada sejumlah Wartawan, di acara halal bihalal Anggota Bengkel Teater Rendra, di Cipayung Depok, belum lama ini.

Bacaan Lainnya

Menurut Iwan Burnani, acara halal bihalal ini sekaligus selamatan (doa) produksi acara “Kesaksian Rendra” (7 Tahun Mengenang Seniman Besar Indonesia), yang digagasnya. Iwan Burnani termasuk salah satu pendiri Bengkel Teater Rendra. Ia bergabung sejak tahun 1973, semasa komunitas teater ini masih di Yogyakarta.

Iwan menjelaskan, “Kesaksian Rendra” (7 Tahun Mengenang Seniman Besar Indonesia), adalah cara mengenang Rendra dalam bentuk pembacaan sajak-sajak karyanya, dengan sentuhan musik tari, dan teater. Melibatkan puluhan seniman, budayawan, aktor, aktris, pejabat, birokrat, dan tokoh masyarakat, yang sebagian adalah murid dan sahabat Rendra.

Mereka yang akan tampil antara lain, H. Deddy Mizwar, Butet Kertaredjasa, Jockie Surjoprajogo, Sawung Jabo, Sutardji Calzoum Bachri, Putu Wijaya, Jenderal (Pur) H. Wiranto SH, MS. Kaban, Sha Ine Febriyanti, Teguh Esha, Awan Sanwani, Aning Katamsi, Untung Basuki, Anto Baret, Toto Tewel, Jose Rizal Manua, Nendra WD, Bambang Oeban, Grup Musik Sirkus Barock, Kelompok Ngamen 78, dan para seniman lainnya. Acara ini juga didukung Bakti Budaya Djarum Foundation.

Proses kreatif dan bentuk pertunjukan ini, kata Iwan, meliputi proses ritual sesembahan sebagai bentuk doa bagi almarhum Rendra. Dilanjut repertoar musik dan nyanyian oleh kelompok musik Jockie Surjoprajogo, dan Sawung Jabo, disusul kemudian musik akustik oleh Anto Baret, dan Toto Tewel, pembacaan sajak-sajak Rendra, pergelaran tari dan teater, serta orasi budaya. “Semua kami rangkai dan menjadi sebuah harmoni manifestasi roh kesenian bersifat spirit yang pernah diajarkan Rendra kepada kita,” ujar Iwan.

Iwan Burnani berharap, momentum “Kesaksian Rendra” (7 Tahun Mengenang Seniman Besar Indonesia) ini, dapat menggugah kesadaran sejarah bagi generasi muda. Sebagaimana kesadaran sejarah yang pernah diajarkan Rendra. “Sadar bahwa kita adalah pelaku sejarah. Kesadaran sejarah bersifat kolektif, suatu bentuk pengalaman bersama. Ungkapan reaksi kita kepada situasi, baik dalam soal kebudayaan, sosial, politik maupun ekonomi. Kesadaran sejarah yang terus-menerus, pada satu masa ke masa yang lain,” kata Iwan.

Masyarakat dapat menyaksikan pergelaran “Kesaksian Rendra” (7 Tahun Mengenang Seniman Besar Indonesia) ini secara gratis. Namun Iwan Burnani menghimbau agar penonton dapat membawa setangkai bunga sebagai bentuk penghormatan dan cinta terhadap alhmarhum WS. Rendra. “Bunga tersebut akan kita letakkan di atas kain putih melingkar seputar panggung. Menjadi instalasi seni, dan menjadi bagian dari estetika pergelaran ini,” jelar Iwan.

WS. Rendra lahir di Solo, 7 November 1935, dan meninggal di Depok, 6 Agustus 2009. Proses kreatifnya dimulai dari kecenderungannya menulis puisi, berlanjut ke seni teater, terus melebarkan perhatiannya kepada masalah sosial, politik, lingkungan hidup, dan kebudayaan.

WS. Rendra, sebuah pribadi yang kompleks, penuh kontroversi, bisa dilihat dari sisi mana pun, untuk kepentingan apa pun, pada saat kapan pun. Pada diri Rendra ditemukan sejenis ramuan yang unik: totalitas kesenimanan, karya yang bagus, kontekstual, dan banyak pengagumnya.(***/gr)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *