Zam Nuldyn, Maestro Komik Dari Tanah Deli

Foto: Komik karya Zam Nuldyn. (ist)

Oleh. Tatan Daniel

‘INI komik buatan tahun 1968. Karya maestro komik Indonesia, Zam Nuldyn. Dimuat bersambung di koran Mimbar Umum, Medan. Marcel Bonneff, peneliti Perancis, menyebut Zam, dan rekannya Taguan Hardjo sebagai komikus yang mewarnai “zaman keemasan komik Indonesia”, dengan karya mereka yang “dilandasi pengetahuan dokumenter, cermat, dinamis, dan piawai menggunakan bermacam variasi angle”.

Bacaan Lainnya
Foto: Komik karya Zam Nuldyn. (ist)
Foto: Komik karya Zam Nuldyn. (ist)

Nah, silahkan Tuan periksa dan cermati gambar karya Zam ini. Ini lembar nomor 1 (pembuka) dari seratusan halaman kisah “Mas Merah”, yang merupakan kelanjutan dari kisah “Alang Bubu”.

Perhatikan! Dari goresan Zam ini, Tuan bisa merasakan suasana kampung Melayu di Deli pada masa dulu: Kampung paya Nibung dengan langgar, kedai kopi, dan sebagainya, dengan profil wajah khas orang-orang Melayu, nada bicaranya, gesturnya, busananya, dan seterusnya. Sungguh, saya pikir, ini komik adalah dokumen antropologis yang penting.

Zam membuatnya dengan imajinasi, pemikiran, pengetahuan, pengamatan, teknik yang indah, dan amat cermat! Sungguh dakhsyat! Saya tak menemukan detil-detil sekelas sutradara Teguh Karya, atau mungkin sehebat Ang Lee seperti yang tertuang pada adegan ini, pada komikus lain yang pernah saya baca karyanya. Tidak juga pada R.A. Kosasih. Apalagi Yan Mintaraga, atau Ganes Th.

Selain materi cerita yang kuat, yang banyak mengangkat khazanah sastra lisan rakyat Melayu di Deli dan Serdang, kecermatan yang luar biasa dalam melukiskan orang-orang dan suasana lokal inilah yang mengagumkan dari Zam Nuldyn, yang membedakan kualitasnya dengan banyak komikus Indonesia yang lain.

Kehebatannya itu tak pelak mempesona mata bocah saya. Dulu sekali, ketika saya baru kelas satu Sekolah Dasar, komik bersambung itu saya gunting sambil belajar membaca, lebih seratus lembar banyaknya, dan masih saya simpan berpuluh tahun kemudian. Hingga hari ini.. Nah, jika berminat, saya akan siarkan ulang komik ini, setiap hari di laman ini, seperti di laman suratkabar Mimbar Umum, Medan, 48 tahun yang lalu..” (td/gr)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *