Dari Prancis, Isadora Datang ke Medan Meneliti Sejarah Sastra

Teks foto: Isadora sedang menjelaskan sajak fragmentaris Rene Char pada aktor Tiarma Hutasoit yang akan membacakan terjemahannya. (ist)

(Fragmen, Sebagai Fenomena Historis dalam Sajak Chairil Anwar, Sitor Situmorang dan René Char)

MEDAN – Sajak Rene Char, penyair besar Prancis teman Albert Camus ini, terasa menggugah: di negeriku, tanda tanda musim semi yang lembut dan burung burung yang tak pandai berdandan
lebih disukai dari pada tujuan tujuan jangka panjang

Bacaan Lainnya

Sajak ini merupakan bagian dari sajak sajak penyair besar Prancis yang diterjemahkan Wing Kardjo ke dalam bahasa Indonesia. Hubungan kajian budaya Prancis-Indonesia sudah berbilang abad. Dan kini, generasi baru ilmuwan Prancis, Isadora Fichou, yang belajar bahasa dan sastra Indonesia di INALCO, Paris datang ke Indonesia memulai risetnya.

Dia datang menjumpai saya dalam rangka menulis disertasi doktor di Paris tentang Chairil Anwar, Sitor Situmorang dan René Char. Isadora dalam disertasinya tertarik dan akan mengungkap pentingnya bentuk puitis fragmentasi (atau “terpisah”) yang ada pada ketiga penyair ini.

Isadora dan Ichwan Azhari

Dari Paris Isadora mengirim WhatsUp pada saya bulan lalu dan menyebut dalam rangka studi disertasinya dia harus membuat penelitian lapangan di Indonésia untuk mencari informasi tentang Chairil Anwar dan Sitor Situmorang. Isadora memerlukan dokumen, arsip, mewawancari banyak orang. Dikatakannya : “supaya saya bisa mengerti kaitan-kaitan antara kondisi penyair itu di zaman kolonial dan kemerdekaan, dan pilihan mereka untuk menulis dalam suatu bentuk baru, yaitu bentuk fragmen (fragmen sebagai “gejala” historis , dihasilkan oleh fragmentasi manusia, peristiwa tragis abad 20,dan fragmen sebagai “keperluan” untuk melepaskan dari waktu historis yang linear)”.

Penyair Fakhrunnas Jabbar menghubungkan saya dengan Isadora dan dengan dibonceng kereta (sepeda motor Medan) oleh Thomson HS, kemarin sore (6.3.2019) Isadora datang ke kantor saya di Pussis Unimed. Sebelumnya Isadora mewawancarai Thomson terkait latar sejarah dan budaya Batak pada kepenyairan Sitor Situmorang.


Laporan perjalanan Sitor Situmorang yang ditulis dalam gaya esei sastra yang puitis di harian Waspada Medan 7 Juni 1948.

Isadora sudah menterjemahkan banyak sajak Chairil Anwar ke dalam bahasa Prancis. Tapi mengandalkan kamus dan resensi peneliti Jakarta, dia mengaku sulit memahami beberapa kosakata Chairil Anwar yang khas Medan. Kemarin saya memberikan buku Damiri Mahmud yang lebih dalam mengulas bahasa Melayu Medan dalam sajak sajak Chairil Anwar. Isadora juga akan mewawancarai Damiri Mahmud Mahmud. Kemarin itu saya menunjukkan koleksi koran lama saya berisi 5 esei Sitor Situmorang di harian Waspada Medan tahun 1948. Sebagaimana diketahui dari biografinya, Sitor pernah menjadi wartawan Waspada pada masa revolusi dulu.

Untuk lebih memahami sajak sajak Rene Char, penyair besar Prancis itu, dan juga kaitan penelitiannya, Isadora bersedia diskusi terbatas pada peminat sejarah dan sastra pada hari Senin tanggal 11 Maret 2019 jam 15.00 di Pussis Unimed. Sekalian Isadora akan membacakan sajak sajak Rene Char dan terjemahannya dibacakan oleh aktor Tiarma Hutasoit.

Teringat sajak Rene Char di atas , kebalikannya di Medan, orang lebih suka membicarakan tujuan tujuan jangka panjang dari pada pepohonan Trembesi Lapangan Merdeka yang terancam mati, daun daun yang melemah, dahan dahan yang tanpa semangat dan burung burung yang tak lagi singgah (Ichwan Azhari).

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *