Batu Mulia Garut Tembus Pasar Internasional

[dropcap color=”#888″ type=”square”]F[/dropcap]enomena batu mulia yang kian digemari ini membuat penasaran untuk mencari tahu sejauh mana proses pembuatan hingga pemasaran sampai menembus pasar Internasional ini.  Memang tidak bisa  dipungkiri bahwa batu mulia atau sering juga disebut batu permata ini memiliki keunikan dalam corak dan warnanya hingga menimbulkan keindahan bila memandangnya.

Batu mulia ini banyak dicari oleh pecinta batu mulia baik dari local dalam negeri maupun dari luar negeri. Untuk luar negeri batu mulia banyak digemari oleh Negara-negara di Asia seperti Singapura, Hongkong, Taiwan, China dan India.

batu mulia
Di Garut, Jawa Barat,  sendiri ada sumber galian dari batu mulia ini, namun disini lebih dikenal dengan sebutan batu akik atau batu aji. Bahan galian ini dijumpai di Kabupaten Garut bagian selatan tersebar antara lain di Blok Cilending, Blok Cigajah dan Blok Kiara Payung, Desa Sukarame, Kecamatan Caringin dengan jumlah cadangan terkira 9.035 ton dengan mutu yang bervariasi.

Berdasarkan mutu dapat dipegunakan sebagai bahan perhiasan (kalung, gelang, cincin) ataupun sebagai bahan rumah tangga (meja, patung, asbak, dan sebaginya).

Jenisnya sangat beragam seperti krisopras – Jamrud Garut, native copper (Batu Urat Tembaga), agat, kuarsa/kalsedon (kecubung), kriskola, jaspir, fosil kayu terkersikkan, dan lain-lain. Peluang ekspor ke mancanegara cukup cerah dimana krisopras bisa mencapai harga US$ 300/kg. dan fosil kayu pancawarna US$ 25/kg.

Batu mulia dengan warna hijau khas dari kota Intan Garut dalam kurun 2 (dua) tahun terakhir menarik minat pasar Internasional, biasanya para pengrajin, pengusaha dan kolektor batu mulia ini memasarkannya melalui teknologi internet. Tidak tanggung-tanggung harga yang ditawarkan para kolektor ini cukup fantastis dan variatif. Paling murah batu hijau bungbulang dengan motif pancawarna ukuran sebesar kancing saja paling murah ditarif dengan harga kisaran Rp. 500.000.

batu mulia-3,jpg
Memang untuk para pecinta Gemstone, harga bukanlah permasalahan utama, yang jelas sisi dari keunikan batu hijau asal kota intan ini benar-benar terjadi magnit untuk memuaskan hasrat para kolektor, baik kolektor batu mulia tanah air maupun mancanegara. Tidak hanya di Negara-negara Asia, di Eropa dan Amerika pun turut serta berburu batu akik hijau Bungbulang Garut.

Maman  (58) salah satu pengrajin dan pengusaha batu mulia di Garut, juga tidak menampik dari aspek bisnis, Batu Mulia yang ditekuninya telah memberikan hasil yang cukup lumayan besar. Bahkan bisa menghasilkan ratusan juta rupiah jika rejeki tengah menghampirinya. ”Jadi pengrajin Batu Garut memang membutuhkan kesabaran, karena menjual batu mulia tidak seperti jualan komoditi yang lain yang dapat setiap hari seperti menjual makanan, namun jika pembeli datang dari kalangan kolektor atau pecita batu berapapun harga yang dipatok akan ditebaknya, ”. kata Maman.

Maman menceritakankan,  dirinya pernah menjual satu buah batu dalam bentuk cincin seharga 50 juta rupiah, bahkan dalam bentuk satu bongkah batu seberat 1 Kg yang belum diolah bisa dijual dengan harga 20 hingga 40 juta rupiah dan pernah juga bongkahan batu ditukar dengan satu buah mobil jenis Panther.  “Bahkan jika sudah ada ditangan orang lain terutama kolektor atau penggemar batu Garut harganya bisa mencapai ratusan bahkan miliaran, ” tegasnya.

Menyoal keunggulan batu Garut yang termashur, Maman mengatakan biasanya terkenal dengan Batu jenis  Pancawarna Edong, dimana batu tersebut berasal dan ditemukan oleh Edong dari lahan garapan pertanian Miliknya di Kecamatan  Caringin Garut Selatan, Jawa Barat.

“Hingga kini Pak Edong-nya juga masih hidup dan sudah berusia sekitar 86 Tahun, itu yang pertama menemukan batu jenis pancawarna yang unik dan mahal dikalangan kolektor dan penggemar batu,” bebernya.

Menjadi angina segar  bagi para pengrajin batu mulia atau batu akik di Garut, namun pihak terkait tentunya harus juga melakukan monitoring.  Khususnya monitoring lingkungan alam karena disinyalir banyak pemburu batu hijau ini tidak segan-segan untuk menembus hutan dan melakukan penggalian.  Tentunya harus ada proses balancing dan monitoring dari pihak terkait, khususnya pihak pemkab Garut sendiri mengingat kerajinan batu akik ini bias mendongkrak salah satu PAD Garut.

Berdasarkan Catatan Pemerintah Kabupaten Garut, ada sekitar 69 Unit pengrajin atau pengelola Batu Garut diKecamatan Caringin dengan Nilai Investasi sebesar 64 Juta rupiah dengan nilai produksi pertahun mencapai 2,5 Milyar dan menyerap tenaga kerja hingga 203 orang.

Laporan  Kalamullah (Gapuranews.com-Koordinator Jawa Barat/gr)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *