Cerita Mini (Cermin) 8 ‘KERETA LELAWANGSA’

SRI Kemala mempertegas hubungan larangan dengan Husein pada dr Tuti.
Itu semua dimaksudkan agar Tuti tak curiga ada hubungan terselubung antara Sri dengan Husein.
Dan agar dr Tuti dapat membangun kembali puing-puing kehancuran hubungannya dengan Husein.

“Bang Husein, sekarang kita hidup di masa kini. Abang kehilangan istri, aku kehilangan suami.
Jika ini jodoh kita tak ada lagi adat yang memagari hubungan kita.
Dan yang ada takdir kita.
“Sudah lama abang mencarimu Tuti. Tak seorang temanku di Tanjung Pinang yang tahu, kau pindah kemana, setelah suamimu meninggal dunia.”
“Aku di Bandung, di rumah sakit Advent”, bang.
“Dan abang kerja di mana sekarang”, tanya Tuti.
“Dua tahun yang lalu abang minta pensiun, pensiun muda. Sekarang diperbantukan di bidang intelijen penegak hukum, mengejar buronan tindak pidana korupsi”, dik.

Bacaan Lainnya

“Dok, kita ke Binjai yok, pakcik Syamsuddin lagi ada di rumah Husein. Ingatkan dengan beliau, yang mempertahankan hubungan dokter dengan Husein. Tapi ayahanda dokter tetap tak menyetujui hubungan dokter dengan Husein.
Husein dan dokter menghilang lama, muncul saat orang tua Husein meninggal dunia.
Dan saat orang tua dokter meninggal dunia.
Husein dan pakcik Syamsuddin berjiwa besar turut mengusung keranda almarhum orang tua dokter Tuti ke makam.

Tuti mengabulkan ajakan Sri Kemala ke Binjai dengan kereta lelawangsa.
Husein kehilangan kamus untuk membatalkan keinginan Sri membawa dr Tuti ke Binjai.
Kecewanya di masa lalu, merobek lukanya begitu lama.
Tapi itu tak pernah diungkapkannya pada siapapun, disimpannya dalam-dalam.
Tuti merasa hal itu tak menjadi ingatan yang panjang bagi Husein.
Dia diam saja di dalam kereta lelawangsa.
Tuti mencoba membuka tirai dinginnya pandangan Husein.
“Bang Husein kok beda menjadi pendiam dan kusut, dik Sri”

“Dia baru sembuh, dok. Hampir sebulan dirawat, ini hari pertama dia melihat matahari.
Kasihan tak ada yang merawatnya”, kata Sri Kemala.
“Oh, kakak pikir karena bibit kebenciannya masih bertunas di hati”, kata Tuti setengah berbisik pada Sri.
“Soal pribadi kalian, saya tak tahu dokter.”

Tiba di stasiun Binjai, waktu ashar baru masuk. Mereka shalat berjamahah di Mesjid Agung.
Menenangkan pikiran dan hati. (**)

Medan, 230121
tsi taura

Pos terkait

Tinggalkan Balasan