131 Anak Indonesia Terkena Gangguan Ginjal Akut Misterius

131 anak di Indonesia terkena gangguan ginjal akut misterius. Sebelumnya, muncul juga laporan 69 anak di Gambia meninggal dunia karena cedera gagal ginjal akut. Diduga, kematian tersebut terkait obat batuk produksi India.

Menyusul kabar tersebut, kandungan parasetamol dalam sirup obat batuk marak menjadi sorotan. Pakar farmasi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Dr Zullies Ikawati menjelaskan, parasetamol atau asetaminofen adalah obat yang bekerja menurunkan demam dan menghilangkan nyeri.

“Obat ini termasuk aman untuk berbagai keadaan, termasuk untuk anak-anak dan ibu hamil/menyusui, dan orang dengan gangguan lambung, sepanjang dipakai dalam dosis terapinya,” jelasnya dalam keterangan rilis.

Dosis terapi parasetamol untuk dewasa adalah 500 mg-2 gram, bisa digunakan 3-4 kali sehari @500 mg (jika masih nyeri atau demam), dengan maksimal penggunaan 4 gram (8×500 mg). Dosis untuk anak menyesuaikan usia dan berat badan,” sambung Prof Zullies.

Lebih lanjut Prof Zullies menerangkan, overdosis parasetamol bisa terjadi pada konsumsi berulang. Namun pun terjadi toksisitas, umumnya pada hati (liver), bukan pada ginjal.

“Overdosis parasetamol dapat terjadi pada penggunaan akut maupun penggunaan berulang. Overdosis parasetamol akut dapat terjadi jika seseorang mengkonsumsi parasetamol dalam dosis besar dalam waktu 8 jam atau kurang. Kejadian toksik pada hati (hepatotoksisitas) akan terjadi pada penggunaan 7,5-10 gram dalam waktu 8 jam atau kurang,” terang Prof Zullies.

“Kematian bisa terjadi (mencapai 3-4% kasus) jika parasetamol digunakan sampai 15 gram. Secara mekanisme, toksisitas parasetamol lebih banyak terjadi pada liver/hati, bukan pada ginjal,” imbuhnya.

Terkait temuan kasus cedera ginjal dengan dugaan penyebab sirup batuk di Gambia, Prof Zullies menyebut, memang memungkinkan sirup parasetamol di negara tersebut mengandung kadar senyawa tambahan lain yang berbahaya.

Juga mengingat informasi Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI, sirup parasetamol di Gambia telah dipastikan tidak beredar di Indonesia.

Dugaan saya, bukan parasetamolnya yang berbahaya. Tapi mungkin ada bahan lain yang menyebabkan risiko kematian,” beber Prof Zullies.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *