Orang laki-laki dan perempuan malah bercampur di lokasi wisata Pantai Bantayan, mau ditutup, kami tidak rugi
LHOKSUKON – Diduga mayoritas pengunjungnya remaja dan pasangan non muhrim, maka Wisata Pantai Bantayan di Kecamatan Seunuddon, Kabupaten Aceh Utara resmi ditutup sejak Sabtu (10/9/2016). Penutupan ini didukung olah Para keuchik (kepala desa) di Seunuddon.
Sehingga wisatawan yang ingin berkunjung ke kawasan Desa Matang Puntong dan Bantayan pun sempat dihadang warga setempat.
“Saya rasa lebih bagus ditutup dan kami sangat menyetujuinya. Sebab, selama wisata itu berkembang, hanya desa Bantayan yang menguntung. Desa-desa lain tidak ada untungnya,” kata Keuchik Gampong Ule Rubek Timu, Asnawi kepada wartawan, Minggu (11/9/2016).
Asnawi mengatakan, wisata pantai Bantayan yang tengah dipugar itu awalnya memang diwacanakan untuk menjadi suatu objek wisata yang memberlakukan syariat islam.
“Tetapi yang kita lihat hari ini tidak demikian. Orang laki-laki dan perempuan malah bercampur di lokasi wisata, seperti pada hari libur. Mau ditutup, kami tidak rugi, yang jelas kami keuchik sangat setuju,” ujarnya.
Hal yang sama juga disampaikan Keuchik Gampong Ule Rubek Barat, Badlisyah Yahya. Menurut keuchik yang biasa disapa Keuchik At ini, ide untuk penutupan jalur ke Pantai Bantayan sudah tepat.
“Semua setuju, bahkan dalam rapat musyawarah (Jumat) kemarin, tokoh Ulama, Tokoh KPA/PA dan muspika juga ikut mendukung penutupan objek wisata itu,” ujarnya.
Senada dengan Badlisyah, Keuchik Lhok Pu Uek, Cut Ali juga menyampaikan hal itu. “Sudah kami tanda tangani kemarin secara bersama seluruh keuchik dalam hasil musyawarah,” seperti yang ditulis Goaceh.co.
Pada Jumat (10/9/2019) kemarin, dalam musyawarah penutupan wisata Bantayan di Masjid Darul Huda di Gampong Matang Lada turut dihadiri Pimpinan Dayah Gampong Matang Lada Abi Usman, para petinggi Komite Peralihan Aceh (KPA) Pase, tokoh masyarakat setempat dan unsur Muspika Seunuddon. (gr)