MEDAN – Budayawan dan ahli sejarawan Kota Medan, Dr Ichwan Azhari prihatin dengan lambannya penyelamatan aset bangunan bersejarah di Kota Medan.
Kota Medan yang punya sejarah yang cukup panjang, seakan tidak peduli pada warisan bangunan tua (heritage) yang banyak sebagai peninggalan kolonial Belanda.
“Pemko Medan memang terkesan sangat lamban bahkan seperti tak peduli dengan bangunan bersejarah yang banya terdapat di Kota Medan ini, ” kata Ichwan Azhari yang juga pengelola Musium Situs Kutta Cinna, di Marelan, Rabu (24/7/2019)
Ichwan menegaskan, lambannya Pemko Medan menangani heritage tersebut, lantaran merasa tidak ada manfaatnya secara langsung jika mengeluarkan anggaran untuk menyelamatkan bangunan bersejarah tersebut.
“Ini kan dianggap investasi jangka panjang tidak langsung. Sedang kalau dirobohkan dan dijadikan ruko, mall atau hotel langsung bisa dapat dana,” kata pria yang juga dosen Unimed ini.
Masalah lain kata Azhari adalah, ketidakmampuan melihat bahwa bangunan bersejarah bukan hanya aset historis dan identitas sebuah kota tapi juga bisa mendatangkan keuntungan ekonomi. Sebab, bisa menjadi destinasi wisata bagi kota Medan.
“Saya kira juga tak sampai ke sini tingkat pemikiran Pemko. Padahal bangunan bersejarah bisa mendatangkan hasil jika dikelola dengan benar. Gedung gedung tua itu bisa menjadi objek wisata kota, ” ucapnya.
Kemungkinan lain juga, kurang kuat dan kerasnya desakan kelompok masyarakat pada wali kota dan wakilnya untuk menyelamatkan bangunan bersejarah itu.
“Yang tak kalah menyedihkannya adalah tidak bertaringnya atau tidak pedulinya DPRD Kota Medan untuk mendesak walikota smenyelamatkan bangunan bersejarah,” katanya. (aba)