Proses ekskavasi atau penggalian Benteng Pendem atau Van Den Bosch arahnya untuk pembuatan master plan dan DED sesuai petunjuk dari pihak konsultan dari Bandung
NGAWI – Untuk mengetahui master plan sekaligus menentukan Detail Enginering Desaign (DED) untuk merevitalisasi Benteng Pendem atau Van Den Bosch yang berada di Kelurahan Pelem, Kecamatan Ngawi Kota, Ngawi, tim arkeolog langsung turun lapangan. Terlihat sejumlah tim ahli maupun pekerja dari Balai Arkeologi Yogyakarta sudah melakukan ekskavasi atau penggalian tanah disekitar lokasi bangunan heritage ini, Rabu (26/10/2016).
“Proses ekskavasi ini (penggalian-red) arahnya untuk pembuatan master plan dan DED sesuai petunjuk dari pihak konsultan dari Bandung. Sehingga penelitian yang kami lakukan sebagai modal awal proses revitalisasi benteng pendem ini,” terang Muhamad Hawari Ketua Tim dari Balai Arkeologi Yogyakarta, Rabu (26/10/2016).
Dalam proses penelitian tersebut dilakukan untuk mengetahui secara detail posisi bangunan Benteng Pendem yang dibangun era Gubernur Font Van Den Bosch tahun 1839-1845. Ujar Muhamad Hawari, penelitian yang melibatkan 6 orang ini merujuk pada gambar histori benteng itu sendiri baik diambil dari udara maupun posisi landscape.
“Soal gambar meskipun pihak Pemkab Ngawi sudah mendapatkan blue printnya tetapi perlu dilakukan penelitian langsung,” bebernya lagi.
Kegiatan ekskavasi dihari pertama, merujuk pada bagian depan benteng khususnya di pintu masuk. Hal ini untuk mengungkap kebenaran keberadaan jembatan timbang mengingat dibagian kanan-kiri pintu masuk benteng terdapat semacam roda penarik yang hingga kini masih bisa dilihat.
Kemudian apabila gambar jembatan timbang sudah didapat, ekskavasi diteruskan ke bagian sisi utara merujuk lokasi parit. Seperti yang dikabarkan semula, posisi parit yang mengelilingi Benteng Pendem mempunyai lebar sekitar 15 meter dengan kedalaman antara 5 sampai 6 meter. Kata Hawari, penelitian semacam ini memang sudah dilakukan sekitar tahun 2013-2014 atas inisiasi Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Cipta Karya (DPU BMCK) Ngawi.
“Dulunya pernah ekskavasi seperti sekarang namun karena sesuatu hal akhirnya dihentikan. Memang saat itu penelitian diarahkan untuk melihat sekat parit itu ada apa tidak maupun dasaranya dan sekarang ini masih sama seperti waktu itu,” tandas Muhamad Hawari.
Sementara itu Anwar Rifai Kepala Dinas Pariwisata Budaya Pemuda dan Olah Raga (Disparyapura) Ngawi mengatakan, kegiatan ekskavasi yang dilakukan tim arkeolog bagian dari hasil Memorandum of Understanding (MoU) dengan TNI khususnya Divif 2 Kostrad Malang. Didalam nota kesepahaman yang sudah diteken satu pekan kemarin itu langsung dibentuk suatu tim yang menangani Perjanjian Kerjasama (PKS) antara Pemkab Ngawi dengan TNI tentang investasi.
“Tim PKS ini akan menghitung nilai investasi yang dikeluarkan TNI itu berapa dan Pemkab Ngawi itu berapa dan harus di share sesuai persentasenya,” kata Anwar Rifai.
Dan setelahnya jika sudah ada nilai share antara kedua belah pihak harus dituangkan lagi melalui appraisal yang ditentukan oleh tim independent mengingat nilainya jelas diatas Rp 50 juta. Dengan demikian tandas Anwar, tim appraisal akan melakukan studi ekonomi yang didalamnya ada ipoleksosbud demikian juga pendapatan per kapita warga sekitar Benteng Pendem. Sehingga nilai investasi yang ada dapat diketahui secara detail dan jelas dari masing-masing pihak baik Pemkab Ngawi maupun TNI.
Pungkasnya, limit waktu tim appraisal ini paling tidak awal tahun depan bisa diketahui dan setelahnya baru dilakukan revitalisasi benteng dengan catatan kerja tim PKS selesai. Adapun nilai revitalisasi jika semua tahapan sudah dilalui dan clear paling tidak nilainya diatas Rp 4 miliar. (pr/gr)