TEATER Matan yang di sponsori UPT. Taman Budaya Riau akan menampilkan Teater tradisi melayu di Kabupaten Kepulauan Meranti pada har mala ini Senin (4/4/2016) malam.
Kehadiran kesenian Riau tersebut, didukung penuh para seniman-seniman Kepulauan Meranti diantaranya, Sanggar Kemas, Sanggar Batin Galang, Sangar Kepurun, dan seniman Meranti lainnya.
![Foto: Teater Matan kembangkan teater tradisi melayu. (ist)](http://www.gapuranews.com/wp-content/uploads/2016/04/teater-tradisi-melayu-riau-300x198.jpg)
Sebelumnya, Teater tradisi melayu melalui teater matan yang disponsori UPT. Taman Budaya Riau ini sudah tampil di Kabupaten Siak pada sabtu malam Sabtu, ( 2/4/2016), dilanjutkan tampil di Kabupaten Bengkalis pada Minggu malam (3/4/2016), untuk di kepulauan Meranti akan tampil Senin malam ini (4/4/2016)
Ketua umum Komunitas Seni Muda Bernas (KEMAS) Kabupaten Kepulauan Meranti, Heru Sandra Herwanto sangat berharap kepada seniman -seniman di Kepulauan Meranti, dengan tampilnya para seniman Teater matan yang di sponsori UPT. Taman Budaya Riau di Kabupaten Kepulauan Meranti, dapat meningkatkan motifasi bagi para seniman anak-anak meranti untuk kedepan.
“Yang tampil ini sudah ternama di Provinsi Riau, jadi bagi seniman – seniman Kepulauan Meranti agar dapat mengambil sisi positifnya dari apa yang mereka tampilkan,” harap Heru.
Diwaktu yang sama Ketua Sanggar Batin Galang, Sopandi saat di konfirmasi Spiritriau.com dirinya sebagai ketua umum sangat mendukung kehadiran sangar teater matan dari Provinsi Riau yang akan tampil di Kepulauan Meranti.
“Kita dukung sepenuhnya kehadiran sangar teater matan. ini dapat menambah pengalaman bagi seniman- seniman di meranti untuk kedepannya,”ucap Sopandi.
Teater Matan menyadari bahwa teater tradisi Melayu, seperti Mendu ini, masih relevan dengan masa kini. Hal ini dibuktikan dengan antusiasnya para penonton di Ujungbatu dan Dayun. Kami merasa senang bisa berada di tengah-tengah masyarakat dan keinginan mentas di kampung-kampung sudah menjadi keinginan kami sejak lama. Selama ini kita disuguhkan dengan kebudayaan asing yang membuat semakin tergerusnya ‘milik’ kita. Kita bisa dengan menggali ‘milik’ kita sendiri. (src/gr)