Tari Saman Tidak Ada di Negara Lain, Maka Harus Dilindungi dan Dilestarikan

Foto: Tari Saman (ist)

TAHUN 2003 silam UNESCO telah menetapkan Tari Saman yang merupakan tarian yang berasal dari dataran tinggi Tanoh Gayo, Aceh, sebagai arisan budaya tak benda.

Foto: Tari Saman (ist)
Foto: Tari Saman (ist)

Ridwan Salam, penulis buku tari saman menceritakan tentang sejarah tarian ini, bahwa tari saman secara turun temurun diceritakan pada awalnya gerakan dalam tarian tersebut masih sederhana, dari waktu ke waktu yang semakin berkembang, gerakan tari ini semakin berkembang bahkan sudah terkenal hingga ke tingkat dunia.

Bacaan Lainnya

“Sejarah tari saman ini sudah ada sejak jama dulu secara turun temurun diceritakan pada awalnya gerakannya sangat sederhana, dari waktu ke waktu semakin berkembang, sehingga kini tari saman ini sudah dikenal bahkan hingga ke internasional dan sekarang sudah tambah seru,” kata Dosen di salah satu Universitas di Jakarta ini, Kamis (31/3/2016).

Ia mengatakan, sejarah penetapan tarian ini sebagai warisan budaya tak benda tidak terlepas dari perjuanagan pemerintah daerah setempat dan masyarakat Gayo Lues untuk menyampaikan tarian ini ke tingkat dunia melalui UNESCO.

“ini tidak terlepas dari peran Pemerintah Daerah dan masyarakat gayo lues, mereka sudah berusaha dengan maksimal dengan menyampaikan tarian saman ke tingkat dunia melalui UNESCO, dan usaha mereka ternyata direspon oleh UNESCO, dengan alasan bahwa tarian tari saman ini merupakan tari unik yang tidak di Negara lain,” ujarnya.

Sehingga ia mengajak semua pihak untuk menjaga dan melestarikan tari saman ini agar tidak di klaim serta ditiru oleh Negara lain, karena tari ini tidak pernah di temukan di Negara manapun.

“Tari ini tidak ada di Negara lain maka tarian ini sebagai tarian yang unik yang perlu dilestarikan di tingkat internasional,” katanya.

Mengenai kontroversi terkait tentang tari saman ini yang dibawakan oleh kaum peremuan, Ridwan Salam menyebut jika di Kabupaten Gayo Lues tari saman ini hanya dibawakan oleh kaum laki-laki, tidak dibawakan oleh kaum perempuan.

“Kalau di gayo lues tari saman itu di tarikan oleh laki-laki, dan jumlahnya ganjil, karena tari saman ini tergolong tari yang keras, namun wanita ada jenis tari yang lain seperti tari bines dan tari lainya,” sebutnya.

Tambah Ridwan, tari saman yang ditarikan oleh masyarakat setempat masih tradisional, namun sekarang sudah ada kreasi yang baru yang disesuaikan dengan kondisi sekarang. (gr)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *