PEMATANGSIANTAR – Bicara soal Danau Toba agaknya tidak bisa terlepas dari Kota Pematangsiantar. Sebab, siapapun yang hendak ke Danau Toba dari Bandara Kualanamu, Deli Serdang, akan melintasi kota terbesar nomor dua di Sumatera Utara ini.
Pematangsiantar akan melakukan persiapan seperti apa ketika Danau Toba di tengah gegap gempitanya. Inilah yang menjadi salah satu alasan dijadikannya tema 128 Km Medan, 50 Km Danau Toba di acara Siantarman Arts Festival. Bagaimana potensi seni dan budaya yang dimiliki oleh anak muda yang diwakili berbagai komunitas, dirajut menjadi satu kegiatan . Dan kegiatan ini akan dilaksanakan setiap tahunnya serta akhirnya menjadi satu agenda wajib para wisatawan Danau Toba ketika berkunjung kota Pematangsiantar.
“Proses yang kami jalani selama 2 bulan, memang waktu yang sangat singkat, namun karena semangat bersama seluruh komunitas yang bergabung, akhirnya kami bisa sampai pada hari pelaksanaan Siantarman Arts Festival 4-5 Agustus 2017, ujar Ketua Panitia Adie Damanik, Jumat (4/8/2017).
Adie mengatakan, panitia memiliki mimpi yang sama, mimpi besar, bagaimana potensi anak muda, potensi seni dan budaya kita bisa dijadikan sebagai modal kota ini untuk menjadi magnet pariwisata. Karena tidak bisa dipungkiri, kota dengan julukan sebagai Kota Pendidikan ini memiliki segudang potensi anak muda, yang sampai saat ini tidak tahu kemana muara seluiruh bakat dan talentanya.
Adie menambahkan, bahwa melalui Siantarman Arts Festival, kita berusaha mengaktualkan bakat yang dimiliki para pelajar dan anak muda, mengenalkan seni dan budaya, serta membangun atmosfer seni pertunjukkan, yang harapannya dapat mengisi wajah baru Kota Siantar.
Dalam acara Siantarman Arts Festival, kita menampilkan berbagai pekarya, mulai dari drama musikal, opera batak, pameran foto dan lukisan, band etnik dan modern etnik dan tari tradisional, pungkas Tumpak Winmark Hutabarat (Manajer Program Siantarman Arts Festival). Kita juga mengadakan lomba, mulai dari lomba mewarnai, melukis, fashion show, vokal solo dan fotografi.
Tumpak yang akrab disapa Siparjalang menambahkan, bahwa sampai saat ini semua kegiatan masih dana urunan dari induvidu yang tergabung dalam komunitas, walaupun kita sudah komunikasi dengan pemerintah kota. Hipotesa kita, kegiatan anak muda, terlebih panggung seni budaya belum menjadi proritas pemerintah kota dalam pembangunan dan pengembangan pariwisata.
Kita dari musisi, khususnya di bidang musik sangat senang dengan adanya kegiatan seperti ini dan kita pun secara sukarela bergabung serta berkontribusi untuk mensukseskannya, ujar Kristovel Sitanggang – personil Identity Band (salah satu grup music yang mengangkat tema modern etnik di Kota Siantar). Menurut saya, acara seperti ini harus didukung oleh siapapun yang perduli terhadap kota dan budaya, sebab jika tidak anak muda yang peduli, ya siapa lagi.
Proses apresiasi juga sangat kita harapkan dari pemerintah dan seluruh masyarakat, baik melalui kehadiran di acara puncak maupun lewat pembelian tiket. Sebab, kita sebagai band yang turut bergabung dari proses awal, sudah melalui tahap yang panjang, mulai dari mengamen bersama, mengisi acara pre event dari kafe ke kafe bahkan sampai aksi penjualan kaos, imbuh pria penabuh drum Identity Band ini.
Semoga pada 4-5 Agustus nanti, acara ini ramai dikunjungi oleh masyarakat. Dan harapan kami, acara ini akan tetap berlangsung tahun depan dan tahun-tahun selanjutnya. Kami menyadari betul, di tengah potensi kota yang besar ini, alangkah sayangnya jika tidak dimaksimalkan. (reyza nirwan/gr)