Seniman Dunia pun Terpikat Dengan Pesona Danau Lagoi Bay, Bintan

oleh -1,164 views

BINTAN – Makhluk hidup mana yang tak tergerak hatinya melihat keindahan dan pesona alam di kawasan wisata terpadu Lagoi, Bintan. Sebab, pesonanya telah menjadi magnet.

Pesona ini pula lah membikin Eames Demetrios, seorang seniman kenamaan asal San Fransisco, yang mengaku terpikat dengan kendahan alam yang ada di kawasan wisata Lagoi.

Seniman yang dikenal beraliran ‘Seni Instalasi’ ini berhasrat menempah dan menempatkan salah satu karya seni miliknya di salah satu titik di kawasan wisata yang kini telah dikenal di berbagai penjuru dunia itu.

Hasil karya seni ini nantinya menjadi satu-satunya karya seni miliknya yang berada di belahan wilayah Sumatera. Yang menjadi lebih menarik, ternyata seniman instalasi ini, telah menorehkan hasil karyanya di 6 benua yang ada di Bumi, dengan jumlah pemasangan seni intalasi hingga saat ini sudah sebanyak 139 buah di berbagai belahan negara.

“Pemasangan karya seni di Lagoi Bintan merupakan pemasangan karya seni instalasi yang kesebelas di negara Indoesia, dan sepuluh lainnya sudah berdiri dan tersebar di 5 pulau yang ada di Indonesia seperti di Pulau Jawa, Pulau Bali, Pulau Flores, Pulau Lombok dan Pulau Gilitrawangan,” ujar Eames saat ditemui dilokasi pemasangan, Lagoi Bay, Bintan, Jumat (17/5/2019).

Dalam menghasilkan sebuah karya seni yang beraliran seni instalasi; yakni seni yang memasang, menyatukan, dan mengkontruksi sejumlah benda dan elemen-elemen bumi dengan tujuan mampu membawa pikiran kepada suatu konteks kesadaran imaginasi tertentu.

Eames pun mengaku harus melakukan berbagai riset dan penelitian sembari menikmati keindahan yang dimiliki oleh kawasan wisata Lagoi tersebut.

Setelah sebanyak enam kali mengunjungi kawasan wisata Lagoi, dirinya pun menemukan lokasi yang sangat cocok untuk pemasangan hasil karya seni miliknya, yang menurutnya bakal menjadi sebuah ‘pintu masuk ke dunia pararel’ atau dunia imajinasi yang penuh dengan sensasi. Ia kemudian memilih tepian danau yang berada di Lagoi Bay.

Karya seni instalasi yang dipasanya, hasil rancangannya selama empat bulan terakhir ini berbentuk prasasti berbahan batu dan perunggu, namun dirancang dengan design yang menyerupai prasasti kuno, yang dipasang diatas pondasi semen berbentuk jajaran genjang.

Di dalam prasasti itu diisi sebuah cerita atau kisah yang terjadi di dunia pararel. Dan petikan cerita yang dituliaskan di dalam prasasti itu, merupakan ‘sequel’ atau lanjutan dari petikan cerita dari karya seni yangsudah didirikan sebelumnya di belahan bumi lain.

Ia menuturkan, bagi penikmat seni, karya seni yang ia dirikan di tepian danau Lagoi Bay itu diyakini mampu menghantarkan pikiran seseorang kepada sebuah imajinasi tertentu, dan dengan memiliki latar keindahan danau Lagoi, saat memandang prasasti dan mebaca isi cerita yang tertulis dalam prasasti itu, pikiran imajinasi seseorang bisa tiba ke ‘dunia pararel’.

Keindahan danau Lagoi Bay, yang menjadi latarnya akan turut menghantarkan pikiran dan imajinasi seseorang ke dunia pararel, yang penuh sensasi. Memandang dari titik tertentu secara berganti-gantian ke arah prasasti dan ke arah danau sembari membaca cerita yang ada di dalammnya maka imajinasi untuk masuk ke dunia pararel akan semakin mudah.

“Inilah sebuah kekuatan seni instalasi. Seperti sebuah perjalanan meditasi, untuk mendapatkan kesadaran pikiran tertentu kepada kebijaksanaan,” ujarnya.

Ia melanjutakan karya seni ini dinamai dengan nama ‘Lost in Scale’ atau diterjemahkan sebagai ‘Tersesat dalam Skala.’ yang berisikan sebuah cerita yang ditulis langsung oleh dirinya dan telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

Cerita ini sebuah kisah yang terjadi di dunia pararel yang ia dapatkan dari hasil imajinasinya. Ia pun membuka sedikit bocoran, jika cerita yang ada di dalam prasasti yang ditulisnya adalah seorang perempuan yang berprofesi sebagai penyanyi biduan di sebuah negara belahan lain yang ada di dalam dunia pararel.

Perempuan itu bernama Elila Mei-Ning, yang memiliki suara yang sangat Indah, dan memiliki kegemaran yang begitu gila untuk bisa terus bernyanyi.

Namun, dalam cerita itu, ia dikisahkan menjadi satu-satunya saksi hidup dalam sebuah kasus pembunuhan, yang menjadikan dirinya terus dikejar dan diburu oleh pelaku untuk menghilangkan jejak kejahatannya.

Sejak itu, ia terus berpindah-pindah dari sebuah negara yang satu ke negara yang lain. Dalam pelariannya ia sangat ingin terus bernyanyi. Namun, karena keindahan suaranya, meski dengan penutup wajah, sipelaku mengetahui jika itu adalah perempuan yang diburunya.

“Prasasti yang berisi cerita yang terjadi di dunia pararel itu dan dengan hamparan pesona pantai dan danau yang menjadi latarnya mampu menghantarkan pengunjung yang menikmati menuju sebuah imajinasi memasuki dunia pararel,” tutup Eames. (martin)